Rabu (2/3) siang guru-staf diminta datang ke sekolah untuk tes antigen. Aku tidak punya firasat buruk apa pun, tapi berpesan pada istri. Jika ada kondisi tak diinginkan, nantinya aku tidur di kamar atas.
Jam 2 kurang 5 menit aku tiba di sekolah. Beberapa rekan duluan tiba, menunggu nakes yang akan menguji. Kami pun segera antri, aku agak belakang sesuai urutan datang.
Apakah aku takut? Tidak juga, tapi harus siap dengan segala kemungkinan. Prokes selama ini dijaga ketat. Cuci tangan pakai sabun, wajib. Vaksinasi sudah tuntas. Jalani saja tes dan hasilnya.
Giliranku tiba. Petugas yang mengambil spesimen mengucap permisi, lalu ditusuknya hidung sedalam mungkin, sampai pedas rasanya. (Ini tusukan paling dalam dan pedas, sadis!) Kami yang sudah dites boleh segera pulang dan istirahat. Tak lupa, aku cuci tangan sebelum meninggalkan area sekolah. Prokes tetap, bro!
Aku mampir ke konter pulsa, kebetulan kuotaku habis. Mana harus WFH pula. Baru saja mau beranjak dari konter, tetiba ada pesan dari kepsek, sebuah foto. Meski belum kubuka, aku sudah tahu isinya. Syabar.... Dan betul, REAKTIF!
Aku bergegas pulang dan segera makan. Lapar euy! Tidak seperti saat pertama terkonfirmasi, kali ini aku lebih PD memberitahu istri. Waktu aku tanya, "Kamu takut ndak, mah?" Tidak katanya, haha.
Bersyukurnya, di rumah milik bapak ini ada dua kamar di lantai 2, satunya dipakai adik ipar, satunya kosong. Aku segera membereskan kamar, lalu menyiapkan semua "persenjataan" isoman seperti alas tidur, bantal-selimut, kabel colokan listrik, carger HP, laptop, beberapa buku bacaan, tisu, masker, dan air mineral.
Ada botol VCO di lantai 1, aku bisa minum sesekali dengan mencuci tangan tiap hendak mengakses barang. Pun, aku sangat meminimalisir menyentuh perabotan. Kebutuhan makan diambilkan istri ditaruh di tangga. Begitu selesai aku cuci sendiri.
Istri pernah berkata, sesusah-susahnya mengurus pekerjaan di rumah, lebih susah saat tinggal terpisah dalam kondisi sakit. Tidak bisa membantu. Kini, isolasiku masih di rumah, di kamar terpisah. Beban batin istriku tidak seberat dulu, masih bisa melayaniku menyiapkan makanan. Terima kasih istriku!
Istimewanya, kalau dengan istri makanannya dimasak sendiri sesuai selera. Dibuatkan gorengan juga, pas dapat minyak goreng. Plus minuman herbal buatan istri. Mantab toh!