"Besok kalau gede mau jadi apa?", begitu kan, orang tua atau guru sering mengajukan soal saat kita kecil? Kebanyakan kita menjawab dokter, polisi, tentara, pilot, presiden, astronaut, menteri, sampai atlet. Di daftar paling belakang, biasanya guru.
Semakin tinggi cita-cita disematkan, makin tinggi harga harus dibayar. Sanggupkah anak-anak kita membayarnya?
Seiring bertambahnya usia, cita-cita yang disusun sejak kecil bakal berubah. Bergantung pada sosok yang dikagumi atau lingkungan yang membentuknya. Aku misalnya, punya cita-cita jadi guru (kalau bisa PNS, dulu sepahamnya karena gajinya besar). Kini telah terwujud, meski bukan PNS.
Apakah aku puas lalu berhenti karena cita-cita tercapai? Tidak. Malah ingin berubah lagi. Aku ingin jadi penulis (yang bisa menghasilkan uang) sambil mengajar sambil mengerjakan bisnis. Entahlah, apa kosakata untuk mendefinisikan cita-cita macam itu. Rumit.
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berkecamuk di seluruh dunia, hati dan pikiran kita disegarkan dengan momen Olimpiade Tokyo 2020, yang dilaksanakan tahun 2021. Seperti bisa ditebak oleh dunia, Indonesia berpeluang besar 'bertaring' di cabang olahraga bulu tangkis.
Dan betul, Indonesia tampil bersinar dari pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu, menggantikan cengkeraman pebulutangkis Cina Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Medali emas ganjarannya. WOW!
Keberhasilan Gresyia/Apriyani dan para atlet lain menjadi kado berkilau di ulang tahun Indonesia ke-76. Medali emas!
Gayung bersambut, berbagai pihak---dari lembaga, pengusaha, politisi sampai artis; mendahului pemerintah---memberikan bermacam-macam endorsement. Dari uang tunai, makan gratis seumur hidup, mobil, rumah, tanah dan banyak lagi. Di mana ada gula, di situ ada semut.