Semua murid pasti merindukan sekolah, begitu juga para guru pun merindukan sosok nyata para murid, bukan dari layar komputer.
Emak-emak paling parah, tak bisa menunda lebih lama, kapan tatap muka kembali diadakan. Ibaratnya, sudah kebelet. Gerak sedikit saja, ambyar!
Meski tidak harus menempuh jarak dari rumah ke sekolah, pembelajaran jarak jauh malah boros dan menyusahkan. Anggaran keluarga membengkak untuk kuota belajar. Meski mendikbud sudah memberi subsidi kuota belajar. Di daerah, HP-pun tak ada jadi apa guna kuota jika distribusinya tidak merata ke seluruh daerah.
Nyaman belajar dari gadget masing-masing, tak perlu keluar kamar juga tidak otomatis menyelesaikan soal. Para murid juga enggan menyalakan kamera, membisu kala ditanya. Jadi tidak jelas apakah sudah mengerti materi yang diajarkan atau belum. Akibatnya anak serasa tidak sekolah, ujung-ujungnya emak-nya juga yang harus mengajari. Pun, banyak orangtua sudah lupa semua pelajaran. Sudah menguap digantikan keringat dan air mata kerasnya kehidupan.
Akhir tahun ajaran 2020/2021 (semester I) pemerintah sudah memberi lampu kuning untuk melakukan tatap muka. Khususnya untuk daerah yang termasuk zona hijau. Namun apa daya, menurut Humas Setda kota Salatiga, Salatiga sempat masuk zona oranye bahkan merah.
Maka, PTM (Pembelajaran Tatap Muka) ditunda dan dilanjutkan dengan pembelajaran daring. Pupus sudah senyum di wajah orangtua. Begitu kondisi membaik, diwacanakan lagi PTM, tapi karena kondisi kembali memburuk akhirnya batal lagi rencana PTM.
Sejak vaksin tiba di tanah air pada 6 Desember 2020, bak pelangi sehabis hujan. Inilah keajaiban yang ditunggu-tunggu. Dengan vaksin, hampir pasti peperangan dimenangkan oleh umat manusia.
Pemerintah menyampaikan, pemberian vaksin diberikan secara bertahap. Pertama-tama tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran. Lalu kelompok lansia, petugas pelayanan publik, masyarakat rentan, dan terakhir masyarakat lainnya.
"Akhirnya, ayolah!", begitu mungkin teriak para murid dan orangtua yang sudah bosan setahun lebih "terpenjara".