"Gundhul gundhul pacul cul, gembelengan | Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan | Wakul ngglimpang segane dadi sak latar | Wakul ngglimpang segane dadi sak latar" Terngiang guruku TK, Bu Ngatinah, mengajarkan lagu dolanan.
Lagu itu masih kuingat, begitu mengena, meski waktu itu tidak tahu artinya. Hanya tahu lagu dolanan, itu saja. Mungkin karena masih kanak-kanak, dirasa belum perlu diberitahu artinya.
***
Memasuki semester II Tahun Pelajaran 2020/2021, salah satu materi muatan pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) dalam Tematik ialah tangga nada pentatonis (pentatonic).
Menurut silabus kurikulum 2013, salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dari siswa yakni, KD 4.2 Menyanyikan lagu-lagu dalam berbagai tangga nada dengan iringan musik.
Selama PJJ, kegiatan pembelajaran difokuskan pada subjek inti seperti bahasa, sains, dan matematika. Akibatnya mupel SBdP sangat terbatas porsinya. Maka, guru harus putar otak mengatur jadwal dan konsep pembelajaran.
Penta: lima, tone (tonis): nada. Pentatonis berarti tangga nada yang terdiri lima nada. Tangga nada pentatonis dibagi dua, pentatonis pelog (berkarakter syahdu, hormat dan penuh khidmat) dan slendro (berkarakter dinamis, semangat, dan riang-gembira). Biasanya digunakan pada alat musik tradisional misalnya karawitan Jawa dan Sunda.
Dua contoh lagunya (karena kami tinggal di Jawa, aku mengajarkan lagu berasal dari Jawa juga. Contoh lagu lainnya hanya diinformasikan judul dan asal daerah) adalah Lir-ilir--pentatonis slendro dan Gundul-gundul Pacul--pentatonis pelog.
Aku tahu lagu itu, pernah diajari waktu TK tapi sampai saat mengajarkan pada murid, aku tak tahu artinya.
Lha terus piye? Ya, belajar lagi!