Atasan formal, bawahnya kolor. Artinya lebih hemat pakaian. Karena yang masuk layar hanya separuh badan, yang penting pakaian atas formal: berkemeja, sisiran rapi. Tak perlu minyak wangi, tak harus melumasi rambut. Dan paling syahdu: pakai kolor! Hehe. Kalau mau, non-aktifkan saja kamera. Tapi itu bukan gaya pegawai berintegritas. #hasyah
Mantab toh, bayangkan kalau ke kantor harus pakai celana panjang, ikat pinggang, masih harus pakai sepatu dan kaos kaki... ribet!
Mau ngopi, makan sepuasnya bisa! Sebagai penikmat kopi, pantang bagi saya melewatkan 'si kental hitam panas'. Candu ini disebakan "penyakit" gampang ngantuk yang sering jadi penghambat dalam pekerjaan. Sering, kopi juga memberi inspirasi saat dibutuhkan kreatifitas.
Di kantor, tersedia galon dengan layanan air hangat. Tapi untuk menyeduh kopi bubuk tak cocok. Malah jadi bubur kopi setengah matang rasanya. Saat WFH mau ngopi bebas! Sudah begitu banyak camilan tersedia. Kerja serasa di kafe lah!
Mirip halnya gula yang memberi rasa manis tapi secara bersamaan bisa memicu diabetes, WFH juga punya sisi negatif.
Boros kuota. Kantong kami belum merestui untuk pasang wifi, padahal saya butuh koneksi internet stabil untuk masuk kantor daring. Jadilah data pribadi direlakan.
Saya mengatur pemakaian kuota 1 gb/ hari. Tujuannya untuk memberi batasan agar tidak 'berselancar' seharian, selain agar hemat. Saat WFH, saya harus terhubung dalam Google Classroom setidaknya 3 x 30 menit dengan kamera menyala. Datanglah notifikasi "Pemakaian paket data harian telah melewati batas. Opsi: berhenti atau lanjutkan"
Yah... mau bagaimana lagi. Urusan kerja lebih utama di atas segala-galanya, bukan?
Atmosfer di rumah: bikin ngantuk. Di balik semua kesenangan dalam WFH, ada dampak yang tidak baik, mustahil dielakkan. Ngantuk. Sofa nan empuk di ruangan sejuk (tanpa AC), membaca tulisan kecil-kecil di layar membuat kelopak mata berat mendadak, betapa pun sudah dicekoki kopi hitam. Rupanya efek si hitam hanya berlaku dua jam.
Kalau di kantor, rasa sungkan bisa membunuh ngantuk itu. Kalau sudah ngantuk parah, saya bisa jalan bolak-balik di koridor. Tak soal teman-teman saya kebingungan sekaligus takut kalau saya tidur berjalan. Tapi setelah itu, biasanya mata kembali ON, otak kembali berfungsi normal.