Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Enak-Tak Enak WFH Pertama di 2021

15 Januari 2021   11:18 Diperbarui: 15 Januari 2021   11:24 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sadar sepenuhnya konsekuensi bepergian ke luar kota, salah satunya keharusan WFH (Work from Home). Namun, jika pihak yang lebih berwenang tidak mengharuskan, kesalahan bukan berada pada penonton...

***

Beberapa hari setelah Walikota Solo menetapkan 14 hari belajar di rumah akibat pandemi Covid-19 (kalau tidak salah, itu hari Minggu), kota-kota di sekitarnya menempuh langkah serupa, termasuk Salatiga. Siang itu juga, pihak yayasan dan sekolah kami menggelar rapat dengan hasil: siswa belajar di rumah selama 14 hari. Hal ini bertujuan untuk menekan penyebaran virus Corona.

Siapa sangka, 14 hari itu keterusan hingga satu semester bahkan pergantian tahun. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah yang biasanya dilakukan tatap muka, datang ke sekolah, dilakukan dalam jaringan. Berikutnya, pembelajaran, pertemuan orang tua, penerimaan hasil belajar; semua daring!

Di awal masa belajar di rumah itu, para guru dan staf tidak langsung WFH, melainkan ngantor bergilir. Seminggu masuk tiga kali. Pas masuk menyiapkan rekaman dan media pembelajaran, hari lainnya di rumah.

Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021 kami lebih siap mengajar daring melalui Google Classroom. Setidaknya, komunikasi berjalan dua arah. Beban berat untuk laptop, jaringan internet dan---tentu saja---otak, namun lama-kelamaan terbiasa juga. Praktis, satu semester penuh kami mengajar jarak jauh. Luar biasa!

Berbeda dengan sebelumnya, di awal 2021 saya betulan dapat kesempatan WFH meski hanya dua hari. Loh kenapa begitu? Saya sudah bertanya prosedur dan tata cara masuk kantor sebelum cuti dan tiga hari setelah kembali dari luar kota, diizinkan masuk. Lalu dipanggil yayasan, kemudian harus WFH. (skip add, cerita lengkap tabu untuk diberitakan)

Lucu memang, masuk dulu WFH kemudian... (Saya tetap memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan pakai sabun.) Ngomong-ngomong, berikut ini enak tidak enaknya WFH.

Tak harus mengeluarkan motor. Meski hanya 5-7 menit dari rumah menuju kantor, tetap saja harus menyalakan mesin motor, mengeluarkan, lalu mengendarainya sampai ke sekolah. Harus menembus lalu lintas padat, berdamai dengan ratusan pengguna jalan lain dengan kepentingannya masing-masing. Harus ekstra sabar kalau di depan ada emak-emak yang jalannya stabil, sestabil nyala lampu sein yang tidak belok-belok.

Begitu WFH, saya tak harus mengeluarkan motor, apalagi menerabas lalu lintas padat. Nyalakan laptop, aktifkan hotspot pribadi, buka Classroom, join. Kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun