Orang Indonesia, khususnya Jawa, demen melawak. Banyak ungkapan lawak yang bisa mengendurkan otot perut. Misalnya, "Wektu iku duit. Yen kancamu mbok jak dolan raono wektu, brati wonge lagi ra duwe duit" (Waktu adalah uang. Kalau temanmu tidak ada waktu untuk diajak jalan, artinya dia sedang tidak punya uang) Uhuy!
Namun, tidak semua orang bisa melawak. Ada yang cemberut saat temannya melucu, tapi tiba-tiba ketawa sendiri saat lawakan selesai, sedang yang lain sudah serius. (Kayak saya, hehe) Berikut ini beberapa fenomena tentang sekelompok manusia yang tahu dan yang tidak caranya melawak.
Menabrak tiang listrik. Tidak ada manusia dengan intelegensia terendah sekalipun yang sengaja menabrak tiang listrik. Murid TK juga tahu, kalau tiang listrik itu properti milik negara yang harus dijaga dan dibela.Â
Kalau pernah, ada ketua DPR yang kebetulan tidak di rumah saat dikunjungi KPK, kemudian naik mobil Fortuner dan menabrak tiang listrik, maka ketua itu tidaklah bersalah. Bersih sama sekali. Ini serius, guys!
Yang salah mobilnya, karena barang seken. Tersangka utama tiang listrik. Kenapa berdiri di situ waktu "papa minta saham" mau lewat. Buktinya, muka "papa" jadi benjol sebesar bakpao dan harus diopname.Â
Kalau alat bantu nafas dipasang hanya menutup hidung, itu salah tenaga medisnya. Atas musibah yang menimpa, "papa" layak mendapat piala Panasonic award kategori aktris terfavorit.
Operasi sedot lemak. Begini, setiap kita, apalagi perempuan pasti ingin tampil prima, kulit kencang begitu. Nah, salah satu teknologi pendukung adalah sedot lemak. Kapan lalu publik dibuat heboh setelah seorang anak ketakutan karena emaknya digebukin orang sampai babak belur, bengkak lebam wajahnya. Anak mana yang rela emaknya dibegitukan.
Gayung bersambut, sahabat emaknya mengutuk aksi keji melanggar HAM ini dan mengangkat ke ruang publik. Ini kasus serius! Eh, ternyata bibir emaknya terpelintir, guys. Benjolan wajahnya akibat sedot lemak, hihi.
Naturalisasi sungai. Seorang gubernur punya teori untuk menangani banjir. beliau yakin sangat, metode pendahulunya tidak mutakhir, maka dia galakkan teori baru. Namanya naturalisasi sungai dan drainase vertikal. Teori mutakhir yang sayangnya tak pernah terealisasi.
Warga pantas bersyukur punya gubernur soleh, sehingga banjirnya hanya di hari libur. Dilarang ketawa! Ini bukan lawak.
Menyiram air keras. Satu lagi. Seorang pejabat publik senior baru saja pulang sholat subuh. Tepat di depan pintu rumahnya, ada orang yang tidak sengaja menyiram air keras untuk memberi pelajaran pada sang pejabat. Yang disiram badannya, tapi kena muka. Namanya saja tidak sengaja.