Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tidak Semua Polisi Baik, tapi Masih Ada

21 Juni 2020   23:03 Diperbarui: 22 Juni 2020   00:34 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Hoegeng Iman Santoso (Dok. KOMPAS/Istimewa)

Jika dilahirkan ulang saya memilih tak jadi polisi. Bukan apa-apa, "Bobot badan kurang", jadi satu dari banyak prasyarat tak rela terpenuhi, hehe.

Jadi polisi itu tak enak. Gajinya tak seberapa, penuh risiko dan sering dipaido (tidak dipercaya) pula. Masih ingat kisah polisi dengan jargon "Masuk, Pak Eko!"---yang hidup sederhana, atau Bripka Seladi---polisi yang nyambi mulung sampah demi mencukupi nafkah. Susah kan, jadi polisi...

Kisah terbaru tentang polisi, Ismail pemuda di Sula, Maluku Utara ditangkap polisi karena mengunggah pernyataan Presiden keempat, Abdurahman Wahid, tentang "tiga polisi jujur". Tiga putri Gus Dur malah "nyentil" pihak kepolisian di media sosial. Gitu aja kok repot!

Mungkin banyak pihak jadi sensi semenjak sidang putusan tersangka penganiayaan Novel Baswedan. Menyoal tentang polisi, saya punya beberapa pengalaman unik. Semoga saya tidak ditangkap karena menulis ini, hihi...

Itu tidak bawa helm kok tidak ditangkap? Terjadi kira-kira 2014. Saya memboncengkan teman cowok pulang kuliah, hendak ke kosnya di daerah Bugel, arah utara dari kampus. Di pertigaan Kauman, terdapatlah lampu merah, di ujung sana bertengger pos jaga polisi.

Lampu merah. Tetiba seorang anggota polisi dengan motor cowok, merek *kalajengking* dicat putih (saya sampai terkenang), berhenti di samping kami, mencabut kontak motor saya dari lubangnya. Saya diminta ke pos. Wah, apanya yang pelayan masyarakat? Saya kudu mendorong motor ke pos itu. Meski hanya sepuluh meter, butuh tenaga juga, bos! Inilah pengalaman ke sekian saya langganan kena tilang. Tak punya SIM.

"Boleh tunjukkan surat-suratnya, dek?" STNK, KTP, KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). "SIM-nya mana?" Saya balas, "Belum buat pak". Dicatatlah dua pasal buat saya. Memboncengkan teman yang tidak memakai helm, tanpa SIM. 

Waktu pak polisi menulis surat pink, melesatlah manusia tanpa dosa di depan kami. "Lha itu tidak pakai helm tidak ditilang, pak" Seperti orang baru bangun tidur, tenang polisi menjawab, "Yang satu dulu diurus. Yang ini belum diurus, bagaimana mau mengurus yang lain"

Asam! Mahasiswa tadi berhutang pada saya. Kalau teman saya bawa helm, dia yang harusnya masuk kantor ini.

Setahu kamu, (biayanya) berapa? Tahun 2016 saya sudah bekerja di Surabaya. Penghasilan lumayan, punya tabungan. Merasa perlu mengembangkan diri dengan bermacam keahlian, salah satunya menyetir mobil. Setelah tujuh kali pertemuan---yang di-"katalis" jadi enam---saya dapat sertifikat. LULUS. Sekalian buat SIM A, dong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun