Kesombongan mendahului kehancuran dan keangkuhan mendahului kejatuhan
Ungkapan bijak di atas tepat dianugerahkan kepada netizen Indonesia. Menganggap diri kebal dari virus corona, saat di negara lain sudah berjatuhan korban. Virus asal Wuhan, Cina (Ncov-19) ini menjadi momok bagi seluruh umat manusia, "kecuali" rakyat Indonesia.
Makan gorengan minyaknya kecampur plastik, makan tanpa cuci tangan terlebih dulu, flu-batuk minum es malah sembuh, atau jajan makanan di pinggir jalan yang telah terpapar karbon dioksida, debu dan bermacam materi polutan. Dianggap belum cukup, kekebalan orang Indonesia telah teruji dengan keseringan menelan "tong-seng", "molen", "kapal selam", sampai "nasi kentut" (Medan)-pun doyan.
Pantas saja virus Corona ngacir. Ogah hinggap pada tubuh orang Indonesia yang terkenal sakti.
Namun, kebanggaan itu runtuh seketika saat dua orang di Depok dinyatakan positif mengidap Corona (02/03/20). Uniknya, peristiwa "meludah ke langit" ini diwarnai komentar yang nyeleneh kalau tidak mau dikata kontroversial oleh beberapa tokoh. Siapa saja mereka?
Wapres KH Ma'ruf Amin
Terhindarnya Indonesia dari wabah Corona tidak lepas dari doa Qunut para kyai dan ulama. (serambinews.com) Demikian pernyataan pak kyai. Tidak hanya di situ beliau memberi pernyataan. Saat pemerintah luar negeri membatasi keluar masuk warga negara asing ke negaranya, termasuk Arab Saudi yang menutup pelayanan ibadah haji, wapres berujar bahwa ibadah tidak boleh dilarang.
Tak heran, komentar orang nomor dua di negeri ini menuai sejumlah tanya maupun komentar. Sebagai wakil pemimpin dengan gelar kyai, wajar saja beliau mendasarkan pernyataan atas dasar doa. Namun, tidak perlu eksklusif hanya peran kyai dan ulama saja, seolah pemeluk agama lain dan yang kedudukannya bukan kyai tidak berperan.
Satu lagi. Setelah dua warga Depok positif Corona, beliau hendak menerapkan sertifikat bebas Corona bagi WNI dan WNA dari luar negeri yang ingin masuk ke Indonesia sebagai langkah antisipasi penyebaran virus. (CNN Indonesia) Oleh netizen, langkah wapres ini dianggap akan mempersulit keadaan. Tepatkah langkah wapres menerbitkan sertifikat, sedangkan pola hidup masyarakat yang hedonis dan serakah bisa menjadi "rival" virus Corona.
Menkes Terawan