Saya ambil contoh. Saya mengajar kelas 5 di salah satu sekolah swasta di Salatiga, Jawa Tengah. Salah satu cara bercanda murid-murid saya yang laki-laki adalah menertawakan, bahkan bernada membully murid perempuan karena perubahan bentuk tubuh yang mulai menonjol. FYI: anak kelas 5 SD sudah ada yang menstruasi! Pergeseran masa produksi hormon yang tidak banyak diketahui oleh guru, bahkan orang tua.
Jika idealnya materi mens dipelajari SMP, haruskah kami, guru khususnya, menunggu sampai mereka SMP demi mengajarkan mens dan perubahan tubuh pada murid-murid? (Beberapa murid laki-laki di kelas 6 sudah nge-bas suaranya---contoh perubahan fisik, yang bisa juga dijadikan bahan bullying)
Maka, saya selaku wali kelas, berkoordinasi dengan rekan guru dan pimpinan sekolah untuk memberikan materi seputar seksualitas. Syukur, murid-murid saya mau terbuka sehingga bisa meminimalisir upaya bullying---yang bisa memicu pelanggaran seksual (pelecehan verbal, misalnya).
Sebelum kelewat jauh, kami mendidik murid-murid bahwa perubahan fisik bukanlah bahan lelucon. Anak zaman now menjadi lebay, salah satunya karena pengaruh internet dan media sosial (Banyak orang tua yang memberi akses internet hampir tak terbatas pada anaknya. Lagi, orang tua memegang peranan kunci). Kami ingin, mereka mengenal, mensyukuri dan menghargai perubahan fisik yang Tuhan anugerahkan.
Kembali pada kisah Ares. Pentingnya kita berjaga-jaga karena iblis terus melakukan infiltrasi. Menyusup, menyamar dalam segala waktu, ruang, wujud dan rupa, termasuk dalam seksualitas. Tak perlu kecewa atau menghujat kasus Reynhard, karena pengadilan Inggris telah menjatuhi hukuman terberat, yaitu hukuman seumur hidup.
Bagaimana agar anak, murid, atau orang-orang terkasih kita tidak serupa Raynhard?
Tentu saja "Dengan menjaga kelakuan sesuai dengan firman Tuhan". Mengenal kebenaran sejati dan belajar menaatinya adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan tipu daya iblis, si pendusta.
Apakah anda---guru, orang tua, kakak, orang dewasa---mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H