Mohon tunggu...
Wans Sabang
Wans Sabang Mohon Tunggu... Administrasi - anak hilang

Jejak Literasi: Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Sastra Dinamika (Lampung), Radar Bekasi (Bekasi), Buletin Jejak (Majalah Sastra, Bekasi), Buletin Kanal (Majalah Sastra, Semarang) dan Linikini (Tayangan Macro Ad di Commuterline), Koran Jawa Pos dan Koran Tempo.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kucing Garong dan Keong Racun

8 Agustus 2011   14:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Al-kisah di alam antah berantah, Apa pun mungkin bisa terjadi dan memang sudah terjadi. Percaya atau tidak ?, terserah anda. Endonesyaithon, yang dahulu nya dihuni oleh para binatang yang dianggap oleh manusia modern akhir zaman, sebagai kumpulan makhluk yang tidak berakal, tidak berbudaya dan belum beradab. Kucing Garong dan Keong Racun sibuk mencari-cari alasan dengan menuduh Kambing Hitam lah pelaku yang sebenarnya atas carut marut nya proses penegakkan hukum di Endonesyaithon. Demi menjaga image dan citra nya sebagai binatang yang tidak rakus, tanpa malu mereka mem-Babi Buta menuduh binatang-bintang lainnya pun ikut menikmati "uang haram" hasil loby meloby kepada pengusaha nakal, agar perusahaannya lolos tender. Para Kambing Congek' yang harusnya berada di garda depan dalam penegakkan hukum, hanya bisa bengong karena sudah terkena penyakit congek' cuma gara-gara dijanjikan akan ditransfer sejumlah upeti ke rekeningnya atas ketulian nya melihat Kucing menggarong dan Keong meracuni uang negara. Musang berbulu domba, tidak bisa lagi membedakan mana yang disebut  penjahat dan mana yang disebut penjahit?. Tebang Pilih, asal tangkap dan kalau maling kelas Kakap susah banget' tertangkap tapi kalau maling kelas Teri, langsung saja di pepes sampai gak bernyali lagi. Para wakil binatang yang bisa nya cuma mem-Beo, Maju tak gentar, Membela yang bayar !. Duh, dasar binatang yang gak punya hati nurani !, memangnya cuma manusia saja yang punya hati nurani ?.  Buat apa punya tapi tidak berfungsi?. Rasa nya habis tinta dilaut untuk menuliskan drama kebinatangan ini....dan drama ini entah kapan berakhir?. happy ending ? atau ..... sekali lagi hanya Engkau lah yang tahu karena ke-Maha Tahuan- Mu... Wassalam ...

Gunung Jaha Lestari, 8 Agustus 2011

Wans Sabang

NB : Dan saya cuma rakyat yang cuma bisa mem-Bebek, week, wek, wek, wek ...wek, wek, wek ... (bising yang tak didengar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun