Mohon tunggu...
Wans Sabang
Wans Sabang Mohon Tunggu... Administrasi - anak hilang

Jejak Literasi: Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Sastra Dinamika (Lampung), Radar Bekasi (Bekasi), Buletin Jejak (Majalah Sastra, Bekasi), Buletin Kanal (Majalah Sastra, Semarang) dan Linikini (Tayangan Macro Ad di Commuterline), Koran Jawa Pos dan Koran Tempo.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melodi Air Mata

4 Maret 2019   12:42 Diperbarui: 4 Maret 2019   13:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MELODI AIR MATA

: A Melody of Tears by Beethoven (1770 -- 1827)

 

Adakah buah ceri yang sama manisnya. Walau berasal dari pohon yang sama, bulat dan ranumnya sama. Adakah bunga mawar yang sama merahnya. walau berasal dari tangkai yang sama, jumlah kelopak dan harumnya sama.

Bagai bunga bakung batangnya tumbuh bercabang dua, satu batang merunduk ke bumi, satu batang lagi tengadah ke langit.

Apakah kau yang pergi bagai burung bul-bul mencari kabar suka cita untuk Solomon serupa dengan bayang kecantikan yang tersembunyi dibalik cadar Sheba.

Oh terkutuklah semua tempat di bumi ini yang telah membuat perpisahan menjadi sangat menyedihkan. Oh terkutuklah semua hari di abad ini yang telah menjadi saksi atas hati yang mencintai dengan sangat tulus. Oh terkutuklah semua obat penawar sakit hati, jika rindu selalu kambuh, derita tak pernah sembuh, semua cara terasa buntu selain ingin mati buru-buru. Oh terkutuklah semua khotbah yang cuma mendogma tentang surga dan neraka, sedang Tuhan tak pernah menetap di gereja, Ia tak pernah lama menetap di hati, datang dan pergi sesuka hati. Oh terkutuklah air mata-air mata yang telah menggerus biji-biji gandum hingga jadi tepung, mengayak dan menyaring hingga jadi serbuk.

Oh terkutuklah kegilaan demi kegilaan  ini!

Senyum pahitku telah memupus hapus semua kenangan bersamamu. Air mataku intan yang tak akan retak walau ditetak dengan mata pahat sekalipun.

(2017)

Wans Sabang, cerpen dan puisinya dimuat beberapa media dan sejumlah buku antologi bersama. Tinggal di Bogor, menjadi pegiat sastra dan penulisan naskah film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun