Mohon tunggu...
Wans Sabang
Wans Sabang Mohon Tunggu... Administrasi - anak hilang

Jejak Literasi: Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Sastra Dinamika (Lampung), Radar Bekasi (Bekasi), Buletin Jejak (Majalah Sastra, Bekasi), Buletin Kanal (Majalah Sastra, Semarang) dan Linikini (Tayangan Macro Ad di Commuterline), Koran Jawa Pos dan Koran Tempo.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Siti Jurnalis Menulis Berita "BBM Naik"

29 Maret 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:20 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan 1 ; Tanggal 28 Maret 2012, Tetangga sebelah rumah.

“BBM naik, 'gimana Jeng?.” Tanya Siti Jurnalis kepada tetangga sebelah rumahnya.

“Ya, gimana dong?.”

“Hah, kok ditanya malah nanya?.” Tanya Siti bingung.

“Lah, itu apa?.” Sambil menunjuk ke arah buku kecil dan ballpoint nya Siti. “pake' catet-catet segala... komentar saya di catat juga?.”

“He eh.”

“Memangnya Bu Siti sekarang sudah jadi wartawan?.”

“Bukan wartawan, Jeng... tapi Citizen Journalist!, gampangnya ; Siti jurnalis gitu loh!.” Sahut Siti menjelaskan. “Nanti saya akan buat berita dari komentar para warga tentang kenaikkan harga BBM, termasuk komentarnya, Jeng!.”

“emoh (gak mau), aku ah!.” Sahut tetangganya sambil geleng-geleng kepala. “Kalau masuk koran, jadi masalah nantinya... emoh aku, Bu!.”

“Gak apa-apa Jeng,  asal foto nya Jeng yang di koran, pas di matanya gak di ‘lakban hitam, hehehehe... .”

“Lah, memangnya aku perampok?.”

“Maaf  loh, Jeng,  guyon aku... hehehehe.”Siti melanjutkan mencoret-coret catatannya. “Jadi gimana pendapatnya kalau BBM jadi naik?.”

“Haaaduuuuuh, no comment, deh!, no comment!.”

“Ah!, kaya artis saja pakai no comment... no comment!.”

“Saya no comment aja deh,Bu... bisa kacau galau urusan nya nanti.  Maklumlah suami saya kan pegawai negeri... kelas rendahan lagi!." Jelas Tetangganya ketakutan.“Bu Siti tanya orang lain saja deh, pokok nya ; sekali no comment, aku tetap no comment. Titik!.”

“Hidup, no comment!.” Teriak Bu Siti bersemangat.

"Gak pakai koma?." Tanya Siti menawar.

"no comment titik, gak pakai koma!, Hahahahaha... catet itu!."

“Tapi, Jeng... ngomong-ngomong no comment itu apa sih?.”

“Ya, masih sejenis dengan permenlah!.” Jelas Tetangganya meyakinkan.

“Hahahaha... Bu Siti ‘ngetes saya?.”

“Iya, saya cuma ‘ngetes, Jeng ini masih lucu atau gak?, hehehehe... eh ternyata....”

“Masih lucu, kan?.”

“Gak.”

"Terus...?, aku ini wong ndeso, kampungan, norak dan ‘katro?, begitu maksud Bu Siti?”

“He eh!. Wong ndeso tapi rejekinya kota, hehehehe.”

“Hahahahaha... Bisa aja Bu Siti ini.”

“Hahahahaha... .” Siti pun meninggalkan tetangganya yang masih asyik bergelak tawa.

Catatan 2 ; Tanggal 28 Maret 2012, Tukang Ojek langgananku

“Ke pasar ya, Om.” Sambil Siti naik ke jok belakang, diboncengi si Om, Tukang Ojek.

“Waduh, mau ngeborong ya, Bu?.” Tanya si Om.

“Gak, Om... cuma belanja aja!.” Sahut Siti santai.

“Banyak ibu-ibu yang pada ngeborong, Bu.” Jelas si Om lagi. “Mereka panik, kalau BBM jadi naik, sembako juga ikut naik."

“Oh... .” Jawab Siti bingung. “Memangnya harga sembako sudah pada naik?.”

“Gak tau, Bu!.”

“Ojek juga naik kalau BBM naik?.”

“naikin ‘gope aja, Bu!, biasanya tiga ribu jadi tiga ribu lima ratus kalau ke pasar”

“Sekarang belum naikkan?.” Tanya Siti panik.

“Tenang, Bu ... kan BBM belum naik?, tunggu pengumuman pemerintah saja dulu, Bu.”

“Om, gak keberatan kalau BBM naik?, nanti langganan pada protes kalau ongkos ojek dinaikin juga?.”

“Habis  ‘gimana lagi, Bu?. Jawab si Om pasrah. “Protesnya jangan sama tukang ojek, protes sana sama pemerintah yang naikkin harga BBM!.”

“Hehehehe... (sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tertutup jilbab), Iya juga sih.” Siti cengengesan.

“Kalau penumpang duitnya gak cukup, terus dia lebih memilih jalan kaki dari pada naik ojek,  gimana, Om?.”

“Ya, siapa yang bisa melarang kalau dia mau jalan kaki, Bu?.” Jawab si Om ‘enteng. "Kan kaki-kakinya dia sendiri, Bu!."

“Maksud saya, Om ...dengan kenaikkan BBM, dampaknya penumpang bisa berkurang kan?."

“Gak tau deh, Bu... kalau buat saya rejekikan sudah ada yang ‘ngatur, dari dulu juga BBM naik naik terus, memangnya pernah BBM turun?.

“Hehehehe... iya juga sih.”

“Dari jaman Soeharto saya ngojek sampai jaman SBY pun saya masih ngojek, hehehehe.” Jelas si Om miris.

“Tapi ada perbedaan, Bu... dulu pake’ bebek sekarang skuter, udah gak jaman nya lagi pakai gigi’, Bu!, hehehehe... .”

“Iya, memang sudah gak jaman nya lagi “unjuk gigi”, Om... mending diam, cari aman dan cari selametnya sendiri aja!, yang penting dapur di rumah tetap 'ngebul.”

“Maksudnya, Bu?.” Tanya si Om bingung.

“Alhamdulillah ya pak ...  hehehehe, motornya baru lagi!, mantabs!.” Sahut Siti memuji.

“Lumayan, Bu... hehehehe, biasa ; kredit!.” Jawab si Om miris tapi bangga.

Catatan ke 3 ; Tanggal 28 Maret 2012, Tukang Sayur.

Sesampainya di pasar, Siti berputar-putar mencari “mangsa”.  Siapa kira-kira orang yang bisa dimintai komentarnya lagi?.

Nah, ini dia “sasaran empuk”!.  Siti pun berjalan ke arah tukang sayur dan gerobaknya.

“Bang, kangkung nya 2 iket, tempe 1, ikan ‘cuek nya 4!.”

“’Cuek tongkol atau kembung, Bu?.”

“Kembung aja, Bang.”

Tukang sayur pun sibuk membungkus pesanan Siti.

“Jangan mahal-mahal, Bang... mentang-mentang BBM mau naik, masa kangkung, tempe dan ‘cuek ikut naik juga.”

“Lah, ibu ini gimana sih?, kalau BBM naik ya semua nya jadi ikut naik lah!.”

“Memangnya kangkung, tempe dan ‘cuek di bikinnya pakai BBM? dan abang dagang pake’ gerobak di dorongkan, gak pakai BBM dong?.”

“Wah, kuno ibu ini!.” Sahut Tukang Sayur seenaknya.

“Yang nama nya kangkung itu diambil dari kampung, tempe diambil dari pabrik tempe dan ‘cuek itu di ambil dari laut... terus ngambilnya itu pake’ kaki apa?, wah bisa seminggu baru ‘nyampe ke pasarnya.”

“Jadi ada hubungannya juga, Bang?.” Sahut Siti bingung.

“Semua nya itu diangkut pake’ mobil, ya mobil itu minumannya bensin atau solar.” Jelas Tukang Sayur.

“Bahasa ‘keren nya, segala aspek yang berhubungan dengan transportasi baik darat, laut maupun udara akan terkena dampak kenaikkan BBM, semua harga-harga akan terkoreksi dengan sendirinya. Pasar mau tidak mau akan menaikkan harga juga. Yang terkena dampaknya secara langsung ya masyarakat juga atau bahasa keren nya; konsumen.”

“Wah hebat, si abang ini!, lululsan Harvard University ya Bang?, hehehehe... .”

“Hahahahaha... jelek-jelek begini, tukang sayur juga baca koran, Bu!.”

“Yang bilang, abang jelek, siapa?.”

“Hahahahaha... jadi saya ganteng ya, Bu?.”

“Hehehehe... kalau dibandingkan dengan Shah Rukh Khan beda tipis deh, Bang!,  hehehehe... .”

“Pantes (Ge eR)... banyak ibu-ibu yang bilang kalau saya kembarannya Shah Rukh Khan.”

“Hehehehe... (sambil mengarahkan hand phonenya), narsis dulu ya, Bang!.”

"Cepret!, Cepret!." (suara kamera dari hand phone Siti).

“Mau di muat di majalah model ya, Bu?.”Tanya Tukang Sayur tambah pe de.

“Bukan!, majalah Trubus!.”

“Lah, kok Trubus sih, Bu?.”

“Majalah model sudah penuh, yang kosong tinggal Trubus doang, hehehehehe... .” Sahut Siti ‘meledek Tukang Sayur.

“Gak apa-apa deh Bu, yang penting majalah, asal jangan majalah porno aja!.”

“Ih, si abang kok jadi ngawur ?.”

“Hahahahaha ... .” Jawab Tukang sayur nyengir kuda.

Narsis lagi, Bang, action!.”

Di depan gerobaknya, Tukang Sayur terus bergaya dan mengumbar senyum bak foto model.

"Cepret!, cepret!".

Catatan ke 4 ; Tanggal 28 Maret 2012, Tukang Beras.

Sampai hari ini harga beras belum naik. Kalau BBM naik harga beras pasti naik, begitu penjelasan Tukang Beras di pasar.

“BBM tidak naik saja, harga beras bisa naik, Bu.” Jelas Tukang beras lebih lanjut.

“Hah, aneh?. Kok bisa Pak?. " Tanya Siti heran.

"Jadi sebenarnya apa penyebab harga beras bisa naik, Pak?.” tanya Siti.

“Panjang ceritanya, Bu!.”

“Spekulan?.”

“Hehehehehe... .” Tukang Beras cuma cengengesan saja.

Waduh si Bapak  ditanya malah ngasih senyum pepsodent. Wah, bisa jadi bahan penelitian lagi nih, Kenaikkan harga beras akibat ulah para spekulan. Tema yang mantabs, pikir Siti sambil senyum-senyum sendiri.

Catatan ke 5 : Tanggal 28 Maret 2012, Hansip Perumahan.

“Pokoknya kalau BBM naik, saya mogok saja!, gak mau jaga perumahan sampai subuh!.” Jelas Bang Amin, seorang hansip di perumahan.

“Apa hubungannya, Bang?.” Tanya Siti bingung.

Bang Amin celingak-celinguk kebingungan waktu di tanya Siti.

“Ah, itu sih alasan Bang Amin saja!, Bilang aja, Bang Amin mau tidur, gak mau jaga!."

"Biasanya begitu kan?, Bang Amin jaga di pos ronda juga sambil tidur?.”

Tidur ayam, Bu!, biar tidur juga, saya bisa tahu kalau ada maling, Bu.”

“Memangnya Bang Amin punya ilmu kebatinan?.” Tanya Siti polos.

“Yang ada juga, Bang Amin selalu kena ‘sirep, Adzan Subuh sudah berkumandang tapi Bang Amin masih asyik bermimpi.”

“Ah, masa sih, Bu?.”

"Au ah, gelap!."

Huh, dasar Bang Amin nya saja yang malas.  Sambil kesal, Siti meninggalkan Bang Amin yang masih bengong.

“Bagaimana, Pa?.” Sambil Siti memperlihatkan lembaran catatan kepada suaminya.

“Hmmm... bagus!, mantabs!.”

“Apanya yang mantabs, Pa?, malu gak sih, Pa... kalau Mama muat di kompasiana?.”

“Kenapa?, tulisan Mama ini orisinil, ditulis olehseorang citizen journalist untuk dimuat di media citizen journalism seperti Kompasiana.

“Tapi, Pa... .”

“Yang penting, Mama tidak plagiat karya tulis orang lain, hasil reportase atau opini Mama sendiri, gak sok keren, padahal tong kosongnyaring bunyi nya, judulnya saja yang “nyaring” dan kontroversial padahal isi nya kosong.”

“Hehehe... ma kasih ya, Pa... I love you, Papa.” Sambil Siti mencium pipi suaminya.

“Para Siti Jurnalis seperti Mama lah nantinya yang bisa membangun kompasianayang cerdas, sehat dan bermanfaat.”

“Insya Allah, Pa ... tapi Pa, ngomong-ngomong gaji Papa nanti naik gak?.”

“Gak tau deh, Ma... kaya nya sih gak!.”

“Kan BBM naik?, sembako ikut naik?, kebutuhan sehari-hari juga naik?, pengeluaran Mama pasti naik, Pa ... kok gaji Papa gak naik sih?.”.

Siti cemberut memandang suaminya.

"Kan, bukan Papa bossnya, Ma."

“Huh!, kalau gaji Papa gak naik, pokoknya Mama mau mogok “melayani” Papa!!.”

Dengan muka masih ditekuk, Siti pun pergi meninggalkan suaminya yang masih shock karenadia jutekin.

(WS @GJL, 290312)

Keterangan Gambar :

Diambil dari link :

http://www.facebook.com/note.php?note_id=93871066295

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun