Mohon tunggu...
Wans Sabang
Wans Sabang Mohon Tunggu... Administrasi - anak hilang

Jejak Literasi: Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Sastra Dinamika (Lampung), Radar Bekasi (Bekasi), Buletin Jejak (Majalah Sastra, Bekasi), Buletin Kanal (Majalah Sastra, Semarang) dan Linikini (Tayangan Macro Ad di Commuterline), Koran Jawa Pos dan Koran Tempo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhanku, bukan Tuhan Pemarah

30 Oktober 2010   11:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:58 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Catatan dan Harapan di Sore ini

Belum kering air mata melihat penderitaan saudara-saudara kita di Wasior, Bencana lain pun datang silih berganti melanda negeri ini.  Banjir Jakarta, Letusan Gunung Merapi dan Tsunami di Mentawai telah mengusik kembali hati nurani kita sebagai manusia.

Penanganan Pasca Bencana yang harus terus di tindak lanjuti, dikordinasikan dan di manage dengan terencana dan berkesinambungan. Bantuan yang disalurkan hendaklah merata dan adil ditebar diseluruh daerah yang dilanda bencana.

Terjadi nya Letusan Gunung Merapi dan Tsunami di Mentawai bukan lah sebuah alasan untuk mata dan hati kita gampang melupakan bencana yang sebelumnya baru saja terjadi di Wasior. Jelas, Persoalan bencana banjir bandang di Wasior belumlah tuntas. Oleh karena itu perlu kordinasi yang baik dari semua pihak agar penanganan Pasca Bencana di Wasior tetap berjalan, begitu juga di kawasan-kwasan yang terkena dampak letusan Gunung Merapi dan Tsunami di Mentawai.

Sebuah pekerjaan yang berat dan tidak mudah tentunya. Segenap insan pers,  wartawan media cetak dan media elektronik yang berfungsi sebagai alat "kata" dan "mata" hendaknya terus meliput daerah-daerah yang tertimpa musibah. Berita timbulnya bencana baru bukan berarti bencana lama tidak perlu atau "lupa" untuk diliput, melainkan bencana lama pun harus tetap terpantau oleh insan pers sehingga penanganan pasca bencana tidak asal jadi dan tidak tuntas penanganan nya.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, memang sebuah pekerjaan yang berat, belum selesai bencana yang satu, datang lagi bencana yang lain.  Saat nya kita berintrospeksi diri, kita selalu melihat bencana yang menimpa di negeri ini dengan kaca mata kita sendiri. Mungkin Tuhan mulai bosan?, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita?.  Mudah sekali kita menuding Tuhan dan alam lah sebagai penyebab  timbulnya bencana di negeri ini.

Atau Mungkin Tuhan marah?.

Sebuah catatan dan harapan di sore ini. Marilah sesekali kita memakai kaca mata "orang lain" yaitu : kaca mata Tuhan dan kaca mata alam dalam memandang bencana yang melanda di negeri ini, agar kita lebih bijak dalam menjatuhkan vonis, siapa kah sebenarnya "biang keladi" penyebab terjadi nya bencana ini?.

Kenapa kita mesti malu?, Jawab saja dengan jujur ; siapa "biang keladi" nya ?. Heheheheh ... kita sendiri!.

Ternyata, Tuhan ku, Tuhan kita semua ; bukan lah Tuhan Pemarah. Melainkan Tuhan yang sangat-sangat Pengasih dan Penyayang.

Bekasi, 30 Oktober 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun