Mohon tunggu...
Wanto Robusta
Wanto Robusta Mohon Tunggu... wiraswasta -

...dari negeri paling sepi... www.wanto-isme.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyanyian Rosa

18 Januari 2012   01:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MINDO ROSALINA MANULANG (Rosa) akhirnya menyanyi. Lagu yang ia nyanyikan, sejenak mengalahkan lagu-lagu milik Rossa (sang pelantun Ayat-Ayat Cinta). Bagaimana tidak, usai melantunkan Ayat-Ayat Dusta pada persidangan M.Nazaruddin di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rosa nongkrong di tangga teratas media-media dalam negeri. Saya sebut Ayat-Ayat Dusta, karena kata ‘ayat’ saya asumsikan sebagai ‘tanda’, dan kata ‘dusta’ sebagai ‘kebohongan’. Nyanyian Rosa kemarin, memang mengungkap adanya tanda-tanda (jika belum boleh disebut sebagai fakta-fakta) adanya kebohongan oleh para wakil rakyat yang duduk di DPR. Dan memang seperti itulah adanya, anggota DPR, sejak dulu memang suka bohong, masih bohong sampai sekarang, dan akan terus berbohong (entah sampai kapan).

Dalam nyanyiannya, uang saweran yang beredar tidak ada yang kecil ;500 juta untuk Andi Mallarangeng dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung ;5 miliar untuk Angelina Sondakh dalam proyek Wisma Atlet ;50.000 dollar AS untuk I Wayan Koster dalam proyek Wisma Atlet juga ;serta ada 5% dibagi-bagi untuk anggota DPR, 2,5% untuk Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, 3% untuk Ketua Komite Pembangunan Wisma Atlet, dan sisanya untuk Nazaruddin dalam proyek yang sama. Proyek Wisma Atlet sendiri bernilai 191 miliar (mohon dikoreksi jika salah atau kurang gede).

Tidak cukup sampai disitu saja, dalam nyanyiannya, Rosa menggoyang sejumlah nama besar seperti Anas Urbaningrum (Ketum Demokrat), Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran DPR), Mahyudin (Ketua Komisi X DPR), dan Choel Mallarangeng (Adik Menpora Andi Mallarangeng). Istilah ‘Bos Besar’, ‘Ketua Besar’, dan ‘Ketua’ muncul bersandingan dengan istilah ‘Apel Malang’, ‘Apel Washington’, dan ‘Pelumas’—semua mengarah pada uang, baik rupiah maupun dollar.

Lagu yang dinyanyikan Rosa, ditanggapi oleh para politisi Partai Demokrat dengan paduan suara yang sama. Kata mereka: “Jangan ngawur, belum ada bukti, silahkan hukum yang tangani”.

Saatnya KPK Tampil

Nyanyian Rosa dan paduan suara para politisi Partai Demokrat memang belum usai dan memang tidak akan usai. Solusinya adalah, grup Band KPK yang di gawangi oleh Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, Zulkarnain serta Busyro Muqoddas harus berani segera mengambil alih panggung dan tampil tanpa ragu.

Nyanyian Rosa yang dianggap sebagai lagu ngawur tanpa bukti oleh para politisi Partai Demokrat, harus segera di-aransemen ulang oleh KPK menjadi lagu yang berbukti dan berlandas hukum. Ini juga menjadi ujian pertama bagi empat personel baru KPK yang baru saja bergabung dan langsung berhadapan dengan pemilik panggung—Partai Penguasa di Negeri ini.

Akankah KPK tampil all-out, berani, dan tanpa pandang bulu—demiuntuk dapat tepuk-tangan-kepercayaan dari para fans (baca: rakyat Indonesia)…?

Atau malah minder dan memilih main dibelakang panggung—cukup untuk dapat salam selamat dari para pemilik panggung…?

Kita lihat saja!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun