Rasa takut terhadap objek tertentu secara berlebihan yang sering kali menyebabkan depresi, kecemasan serta kepanikan merupakan penyakit kejiwaan yang disebut fobia.
Ada banyak jenis fobia yang dapat diderita oleh seseorang seperti takut hantu, takut serangga, takut melihat ketinggian, takut makan, takut akan lubang-lubang kecil, takut akan pernikahan, takut dengan lelaki atau takut dengan perempuan. Salah satu jenis fobia terbaru adalah rasa takut, gelisah dan cemas ketika tidak menyentuh ponsel dalam satu hari.
Fobia dapat terjangkit kepada siapa saja, kepada anak-anak maupun orang dewasa. Fobia bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi fobia dapat diturunkan secara sengaja maupun tidak sengaja dari orang tua terhadap anaknya, dari lingkungan masyarakat, dari media massa maupun dari media sosial. Fobia dapat ditularkan kepada seseorang melalui penghilatan secara langsung dan perbincangan.
Penularan fobia tidak memerlukan waktu yang lama. Cukup 1 detik saja, seseorang dapat tertular fobia dari jenis fobia tertentu. Penderita fobia jika tertular akan merasa cemas, gelisah, jijik, seram dan berbagai macam depresi yang dapat dialami ketika tertular penyakit fobia. Tidak jarang penyakit ini menimbulkan efek lain ketika rasa takut atau depresi-depresi lain yang dialami seseorang sudah tergolong parah. Penderita fobia dapat dinyatakan gila jika mengalami fobia yang parah.
Penyembuhan fobia dapat membutuhkan waktu yang lama, hal ini berbeda dengan penularan fobia yang hanya membutuhkan 1 detik. Penderita dapat mengalami fobia hingga seumur hidup. Menangani penderita fobia, memerlukan perlakuan khusus dan tidak mudah. Tiap-tiap penderita fobia, perlu penanganan secara berbeda-beda dikarenakan perbedaan jenis penyakit fobia dan perbedaan perwatakan manusia.
Sumber Penularan Fobia
Keluarga dapat menjadi sumber penularan fobia. Salah satu ancaman fobia dari keluarga yang dapat ditularkan kepada anggota keluarganya berupa ancaman rasa takut terhadap anak agar anak patuh terhadap orang tua. Bentuk fobia di keluarga seperti kata-kata, “ayo tidur nanti ada setan jika tidak tidur atau ayo makan biar tidak sakit, kalau sakit nanti disuntik”. Contoh-contoh tersebut terlihat wajar, akan tetapi tanpa disadari bahwa kata-kata tersebut dapat memberi efek buruk terhadap kejiwaan anak yaitu fobia.
Tidak ada yang salah dari tujuan orang tua untuk mendidik anaknya menjadi patuh dan disiplin, akan tetapi cara pengajarannya yang kurang tepat. Anak dapat mengalami ketakutan terhadap jarum suntik dan hantu akibat dari perkataan di atas. Anak dapat mengalami ketakutan hingga dewasa. Cara orang tua mendidik anak tersebut dapat membuat anaknya yang telah beranjak dewasa dan menikah hingga menularkan kembali kepada keturunannya.
Mengajarkan dan mendidik anak, diperlukan pemilihan kosakata yang baik untuk menghindari dampak buruk terhadap perilaku dan kejiwaan anak. Contoh kosakata yang dapat dipakai sebagai kata-kata ajakan dari peristiwa di atas, “ayo tidur agar besok segar”. Contoh lain, “ayo makan biar sehat dan bisa ketemu nenek lagi”. Bijak memilih kosakata untuk mengajarkan dan mendidik anak agar anak dapat memahami perintah-perintah dan membuka wawasan hidup adalah sangat diperlukan bagi orangtua.
Selain keluarga, masyarakat dan media sosial (medsos) juga dapat menjadi sumber penyakit fobia. Banyak dari masyarakat yang sudah menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi atau sebagai alat penukar informasi. Sebagai alat komunikasi, media sosial kerap kali dipakai masyarakat untuk memberikan informasi-informasi seputar pengetahuan atau wawasan yang mereka ketahui dengan tujuan-tujuan tertentu. Tidak jarang pengetahuan yang diberikan hanya sebatas pengetahuan yang kurang mendalam.
Salah satu contoh sumber fobia dari pengguna medsos di kalangan masyarakat yaitu pemberian informasi berupa uji coba fobia jenis-jenis tertentu dengan gambar-gambar yang menakutkan. Tidak dapat dipahami tujuan dari uji coba yang diinginkan oleh pengguna medsos tersebut, apakah untuk memberi wawasan atau hanya candaan saja. Apapun tujuan pengguna medsos tersebut, dampak yang akan terjadi adalah pembaca atau yang melihat dapat mengalami trauma terhadap apa yang diinformasikan.