Mohon tunggu...
Bhagavad Sambadha
Bhagavad Sambadha Mohon Tunggu... -

hitam putih,mutilasi,darah,depresi,festival film,etnik,memaki,mencaci,meredakan kerusuhan,bau aspal basah setelah hujan,bir dingin di siang hari,musik rockabilly di kamar,memperhatikan palang kilometer di jalan tol,menyapa seseorang di tengah keramaian,circle k sepanjang malam,museum,pulau tak berpenghuni,menyeberang jalan,bertukar pikiran,menikmati hidup,menangis,bawah air,tersesat,hujan,menyesal,kontrol sosial,fotografi humanis,psikologi acak

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duapuluh Dua

19 April 2010   17:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bertemankan sebungkus nasi
Sejumput sayur setengah basi
Dan selembar telur mata sapi

Agak hambar seakan asin itu dosa
Dan aku menikmatinya seperti digentayangi surga

Bukan karena lapar yang terbiasa
Sederhana saja
Perempuan tua penjual nasi tadi bercerita tentang bagaimana ia rela mati hina untuk anak-anaknya
Tentang bagaimana suaminya pergi di suatu pagi buta
Dan tak pernah kembali...

Dustakah itu tadi?
Atau indahnya nurani?

Setauku orang seperti dia tak punya alasan untuk berdusta
Atau tak tau caranya
Terlebih ketika ia dengan tegar menceritakan suaminya
Ada yang bilang suaminya beristri muda
Ada yang bilang mati ditembak tentara
Dan ia pun hampir tertelan air mata ketika kembali teringat anaknya

Indahnya duniaku bukan?
Aku berbincang dengan pahlawan cinta saat kau tengah sibuk diperkosa manisnya Jakarta

Ciumlah kaki ibumu, kawan...
Karena Tuhan tidak pernah tidur...

(Pintu gerbong 3 KA Ekonomi Jogja-Jakarta. Suatu malam di bulan Februari, 5 jam sebelum stasiun Jatinegara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun