Jayapura (08/07) – Pemilihan Presiden tinggal beberapa hari lagi, saatnya kita sebagai rakyat Indonesia memberikan “Hak” suara kita untuk menentukan pilihan siapa yang layak menjadi pemimpin negeri Indonesia tercinta ini. Pemimpin yang dapat membawa negara Indonesia lebih maju dan sejahtera selama 5 tahun kedepan nanti.
Dalam proses untuk menjadi maju dan sejahtera tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak kelompok-kelompok yang tidak ingin bangsa yang besar ini menjadi maju dengan cara menciderai pesta demokrasi rakyat yang sebentar lagi akan digelar.
Seperti yang penulis amati seputar masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menjelang Pilpres 9 Juli 2014 mendatang di wilayah Papua dan Papua Barat, permasalahan yang timbul bukan berasal dari perselisihan antar kubu 1 & 2 contestan Pilpres melainkan dari Organisasi Separatis Papua Merdeka / OPM yang menyerukan pemboikotan/menggagalkan proses Pilpres di wilayah Papua & Papua Barat, kejadian tersebut antara lain :
1.Tanggal 2 Juli 2014 di pasar Youtefa Jayapura.
Gara – gara hendak ingin membubarkan judi dadu diterminal pasar Youtefa, dua anggota polisi yang biasa bertugas di pos Polisi Patmor 04 Tanah Hitam 2 anggota yang bernama Brigpol Hasriadi dan Brigpol Syamsul Huda menjadi sasaran pengeroyokan oleh beberapa penjudi yang sedang dipengaruhi minuman keras. Akibatnya Brigpol Hasriadi mendapat tikam dan langsung meninggal ditempat, serta senjata milik Brigpol Hasriadi berhasil dirampas kelompok tersebut. (Cenderawasih Pos tanggal 3 Juli 2014).
Menurut pengamatan penulis kejadian ini sengaja dilakukan oleh kelompok OPM untuk merampas senjata milik petugas Polisi tersebut yang sebelumnya menyebarkan selebaran ajakan untuk boikot Pilpres 9 Juli 2014.
2.Tanggal 6 Juli 2014 di Manokwari Papua Barat. ( http://www.youtube.com/watch?v=HEMrdO0rNEo&feature=youtu.be )
Dengan modus pemalangan jalan yang dilakukan oleh kelompok OPM sehingga meresahkan para pengguna jalan yang lewat, 1 orang anggota Polisi terluka parah dan 1 warga tewas tertembak.
Dalam kejadian ini anggota Polisi yang menerima aduan dari warga setempat mendatangi TKP (Tempat Kejadian Perkara) ingin berkoordinasi agar mereka dapat membuka palang jalan yang dilakukan oleh OPM yang berkedok sebagai warga biasa. Tetapi rencana busuk OPM untuk merebut senjata dari Anggota Polisi tersebut segera tercium oleh petugas. Merasa dirinya terancam akan dibacok oleh beberapa orang pelaku maka dengan segera petugas melumpuhklan seorang dari pelaku hingga tewas. Mengetahui rekan pelaku tewas tertembak maka rekan-rekan pelaku melakukan pengeroyokan terhadap Polisi tersebut hingga terluka parah, Untungnya senjata masih tetap aman tidak berhasil direbut oleh pelaku.
Dari 2 kejadian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan utama mereka selain untuk memboikot/mengagalkan Pilpres 9 Juli 2014 di wilayah Papua & Papua Barat juga ingin merebut senjata yang dimiliki oleh petugas Kepolisian guna memperkuat persenjataan dalam organisasi separatis mereka dengan cara membuat onar agar memancing petugas Polisi yang datang ke TKP lalu melakukan pengroyokan untuk merebut senjata yang sudah pasti dibawa oleh petugas Polisi tersebut.
Perbuatan yang dilakukan oleh OPM ini sangat melanggar Hak Asasi Manusia warga Papua & Papua Barat dengan cara mengajak dan memaksa warga Papua & Papua Barat untuk boikot Pilpres 9 Juli 2014 besok. (AG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H