Mohon tunggu...
Erfen Gustiawan Suwangto
Erfen Gustiawan Suwangto Mohon Tunggu... -

Tenaga medis, staf pengajar hukum kedokteran, aktivis medis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Meditasi Membuka Kesempatan Manusia untuk Dicuci Otak (Brainwashed)

8 Juni 2010   05:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:40 3177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seperti fenomena gunung es, potensi otak manusia hanya tampak 12 persen saja, sedangkan 88 persen sisanya di bawah permukaan laut. Yang 12 persen itu disebut sebagai alam atau pikiran sadar (conscious mind). Sisanya 88 persen disebut alam bawah sadar (subconscious). Antara alam sadar dan bawah sadar dibatasi sebuah garis filter yang disebut reticular activating system (RAS). Garis ini melindungi manusia dari berbagai informasi yang tak perlu sehingga seseorang tetap sadar dan waras. Empat kondisi otak manusia yang mendasari kesadaran: a. Kondisi delta adalah kondisi pada saat manusia sedang tidur. Kecepatan gelombang otak pada saat tidur hanya 0,5 sampai 3,5 putaran per detik. Kondisi delta diperlukan oleh tubuh untuk meremajakan sel-sel tubuh. Tentu saja bila tidak tertidur nyenyak, maka sebagian anggota tubuh tidak melakukan peremajaan sehingga kita mengalami rasa sakit saat bangun tidur. b. Kondisi theta adalah saat gelombang otak manusia mencapai 3,5 sampai 7 putaran per detik. Keadaan theta adalah kondisi di mana kita bisa bermimpi dan berkhayal. Keadaan theta bisa dibentuk pada saat meditasi. c. Kondisi alpha yang paling penting untuk menembus pikiran bawah sadar karena bisa membuka 88 persen kekuatan alam bawah sadar. Kondisi alpha adalah kondisi ketika kita berkhayal dan melamun. Kecepatan gelombang alpha mencapai 7 sampai 13 putaran per detik. Perbedaan kondisi alpha dengan theta adalah kesadaran, alpha masih merasakan anggota tubuh kita. d. Kondisi beta adalah kondisi di mana kita bisa sepenuhnya sadar. Dalam kehidupan sehari-hari saat kita terbangun dan memulai aktivitas, maka kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai kondisi beta. Sebenarnya keempat gelombang itu muncul secara bersamaan, tetapi pada satu keadaan hanya ada satu gelombang yang lebih dominan daripada gelombang lainnya. Gelombang ini dapat diukur dengan alat EEG (electroencephalography). Cara termudah memasuki alam bawah sadar adalah membalikkan mata ke atas dan memejamkan mata yang akan membawa kita ke dalam kondisi alpha yang penuh kedamaian. Biasa dilakukan sambil membayangkan tempat yang penuh kedamaian, dapat didukung sebuah musik yang tenang pula. Dalam keadaan alpha, sebuah pintu ke alam bawah sadar terbuka. Saat masuk dan menjelajah alam bawah sadar, otak bisa memprogram hidup kita seperti kemauan kita, pelatih meditasi ,atau penghipnotis. Bahayanya, pikiran bawah sadar tidak pernah mengetahui perbedaan antara imajinasi dengan kenyataan. Walau ada pernyataan bahwa meditasi berlainan dengan hipnotis, tetapi bedanya tipis terutama karena awal dari meditasi tetaplah sama dengan proses hipnotis, yaitu dengan menginduksi terjadinya kondisi alpha ini sehingga membuka kesempatan untuk dihipnotis dalam meditasi. Bahkan ada pusat-pusat meditasi tertentu yang secara terang-terangan mengkombinasikan meditasi dengan hipnotis. Ada 4 hukum yang harus dipenuhi pemrograman pikiran bawah sadar supaya berhasil, yaitu kalimat bersifat positif, saat ini (present tense), bersifat pribadi, dan pengulangan. Dalam memprogram, diperlukan emosi positif dengan mencurahkan segenap jiwa. Saat meditasi, kita harus membayangkan bahwa keinginan kita benar-benar terjadi. Saat kita menginginkan sesuatu, maka visualisasikan dalam alam pikiran bahwa kita mendapat keinginan tersebut. Inilah yang disebut sebagai sugesti yang sebenarnya sama juga dengan hipnotis. Dilarang menyebutkan kalimat, “Aku ingin.” karena Beta akan mengacaukan keinginan yang disebut dalam Alpha. Jika seseorang dilatih oleh seorang ahli meditasi atau membaca buku meditasi yang dikarang oleh seorang ahli meditasi, maka apa yang dibayangkan (jenis sugestinya) juga berdasarkan sugesti yang diberikan pelatih meditasinya. Akibatnya, tetap saja orang tersebut berada dalam sugesti pelatih meditasinya walau dia bermeditasi sendirian di mana pun dan kapan pun. Di masa sekarang juga banyak yang menawarkan meditasi dengan latihan sendiri dengan kedok memotivasi diri sendiri untuk mencapai sukses. Ternyata ini juga tidak lebih dari menghipnotis diri sendiri menurut penelitian James Braid (perintis hipnoterapi yang juga berprofesi sebagai dokter bedah). Pada tahun 1985, Kutz, Borysenko, dan Benson menemukan bahwa meditasi dapat memicu reaksi emosional yang kuat. Ada juga isu bahwa meditasi bagus karena membangkitkan gelombang theta. Penelitian ini harus ditelaah lebih lanjut karena jika hanya gelombang theta saja yang dibangkitkan, kita tidak bisa menjadi pribadi yang waspada tatkala bahaya menyerang. Padahal gelombang betalah yang harus berperan dalam kondisi waspada ini. Idealnya, keempat gelombang tersebut harus seimbang sesuai kondisi. Menurut penelitian Craven pada tahun 1989, meditasi dapat menimbulkan kelainan sensasi kinestetik, disosiasi ringan, dan gejala mirip psikosis. Pada tahun 1991, Bogart mengatakan bahwa meditasi dikontraindikasikan untuk penyembuhan pasien yang egonya lemah, menyimpan emosi yang kuat, dan kurang mampu menganalisis sebab akibat yang kompleks. Pada tahun 1992, Shapiro melaporkan bahwa meditasi malah menyebabkan depresi, gangguan kecemasan dan panik yang diinduksi oleh relaksasi, ketegangan yang memuncak secara nyata, gangguan dalam menghadapi realita, bingung, disorientasi waktu dan tempat, dan fenomena seperti kecanduan obat bius. Tentu jika meditasi dilakukan dengan metode tertentu di bawah pembimbing terlatih akan bisa menghindari efek samping tersebut walau tetap ada kemungkinan terjadi. Akan tetapi, masalah efek samping ini juga tidak bisa dipandang remeh oleh karena maraknya sosialisasi meditasi seakan tanpa efek samping. Apalagi ternyata ada celah dari meditasi yang juga bisa disalahgunakan orang-orang yang tidak bertanggungjawab, apalagi meditasi di luar tempat ibadah. Akan tetapi, terlepas dari efek samping tersebut bisa dikendalikan atau tidak, tetap ada beberapa kritikan terhadap meditasi. Karena ketika bermeditasi, jelas kita berada dalam alam bawah sadar. Sedangkan ketika berdoa secara biasa, kita dalam keadaan sadar. Meditasi hendaknya dilakukan sebagai ajaran keagamaan . Selain itu, meditasi sebenarnya dapat dilakukan untuk orang-orang dengan gelombang otak theta yang rendah dengan tetap mempertimbangkan kontraindikasi seperti penelitian di atas. Kesimpulan: meditasi membangkitkan gelombang alpha yang justru membawa kita ke alam bawah sadar sehingga membuka kesempatan otak kita untuk diprogram atau dicuci otak (brainwashed) oleh orang lain maupun diri sendiri. Oleh karena itu, kalaupun melakukan meditasi harus di bawah pengawasan pelatih yang bertanggung jawab.Selama ini ada kesan bahwa meditasi tidak menimbulkan efek samping, padahal sebaliknya sehingga tetap harus hati-hati. Isu bahwa meditasi baik karena memunculkan gelombang theta harus ditelaah lebih lanjut karena keempat gelombang otak sama pentingnya dan harus muncul sesuai kondisi. Meditasi hendaknya dilakukan sebagai ajaran keagamaan atau untuk orang-orang dengan gelombang otak theta yang rendah dengan tetap mempertimbangkan beberapa kontraindikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun