Mohon tunggu...
Wandira
Wandira Mohon Tunggu... Mahasiswa - ANGGOTA BEM FAKULTAS PSIKOLOGI

Kepribadian ceria, penuh semangat dan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Pengendalian Diri untuk Mencegah Disihibition Effect

25 Juni 2024   11:30 Diperbarui: 25 Juni 2024   11:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada era globalisasi seperti sekarang merak sekali terjadinya perilaku-perilaku yang menyimpang di ranah sosial media yang dapat menganggu masyarakat. Hal yang paling penting untuk dilakukan dalam hal ini adalah kontrol diri. Kontrol diri merupakan hal yang penting dalam menanggulangi perilaku menyimpang. Adapun menurut beberapa peneliti mengenai kontrol diri ini adalah sebagai berikut:

menurut Averill (Ghufron & Risnawati, 2011) pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Pengertian yang dikemukakan oleh Averill menitikberatkan pada seperangkat kemampuan mengatur dalam memilih tindakan yang sesuai dengan yang diyakini nya.

Menurut Gottfredson dan Hirschi (1990). Praptiani (2013) Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor permasalahan kontrol diri. Saat kontrol diri pada seseorang individu rendah maka individu tersebut akan sulit dalam mengendalikan emosi yang dapat mengakibatkan permasalahan. Individu yang memiliki kontrol diri rendah lebih cendrung untuk melakukan perilaku kriminal tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh remaja yang memiliki kontrol diri tinggi maka agresivitasnya rendah, sedangkan remaja yang memiliki kontrol diri rendah makan agresivitasnya tinggi.

Hasil penelitian dari Vaughn, (2008) menjelaskan bahwa tindakan kriminalitas dipengaruhi oleh rendahnya kontrol diri. Aspek yang mempengaruhi perilaku control diri menurut Tangney, Baumister, dan, Boone (2004) adalah self-discipline, deliberated/non-impulsive, healthy habits, work ethic,reliability.  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku control diri menurut Ghufron dan  Risnawati  (2011)  ada  2  fakor  yaitu faktor  internal  dan  faktor  eksternal.

Pada era globalisasi seperti sekarang mengakibatkan perkembangan yang pesat dalam istilah istilah yang muncul. Seperti Disinhibition  online  effect ini merupakan seseorang yang dapat berperilaku  kasar, suka  memberikan  komentar  kebencian,  menyebarkan  ancaman,  bahkan mengakses situs-situs pornografi dan kejahatan yang tidak akan pernah mereka tunjukkan di dunia nyata.

Wang,  Kuei,  dan  Fan  (2014)  menyatakan  bahwa  toxic  disinhibition  termasuk  di dalamnya perilaku flaming atau komunikasi mengancam dan juga perilaku tidak sopan dan ekspresi dari perasaan pribadi seseorang kepada orang lain melalui komunikasi secara online. Lapidot dan Barak (2012) menyatakan efek disinhibisi online adalah konsep yang ditujukan pada  dampak  negatif  dari  hilangnya  inhibition,  seringkali  merupakan  manifestasi  dari perilaku  agresif  yang  tidak  akan  ditunjukkan  di  kehidupan  nyata.  Efek  disinhibisi online merupakan manifestasi perilaku agresif seseorang, yang ditampilkan ketika seseorang dalam keadaan online.

 Aspek-aspek yang  mempengaruhi disinhibition online  effect menurut  menurut Joinson (2004) ada keterbukaan diri, dan flaming. Adapun faktor-faktoryang mempengaruhi efek disinhibisi online menurut  Suler  (2004)  yaitu:

  • Dissociativ anonymity(disosiatif anonimitas)
  • invisibility(tidak terlihat)
  • asynchronicity(asinkronisitas)
  • solipsistic introjection(introjeksi solipsistik)
  • dissociative imagination(imajinasi disosiatif)
  • minimization of status and authority(minimalisasi status dan otoritas).

Dari hasil penelitian, kontrol diri memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah Disihibition Effect, karena control diri yang lemah dapat membuat perilaku-perilaku agresif muncul. Ada dua jenis utama Disinhibition Effect:

1. Benign Disinhibition Ini terjadi ketika seseorang berbagi lebih banyak informasi pribadi atau menunjukkan lebih banyak dukungan dan kasih sayang secara online dibandingkan dengan interaksi tatap muka. Contoh: seseorang merasa lebih nyaman untuk mengungkapkan perasaan atau pengalaman pribadi mereka dalam forum online.

2. Toxic Disinhibition: Ini terjadi ketika seseorang menunjukkan perilaku negatif atau merusak secara online yang mungkin tidak mereka lakukan di kehidupan nyata. Contoh: cyberbullying, trolling, atau mengirim pesan-pesan kebencian di media sosial.

Kedua jenis ini mencerminkan bagaimana konteks online dapat mempengaruhi perilaku individu dengan cara yang signifikan dan kadang-kadang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku di dunia nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun