apa yang terjadi pada bangsa ini? bukankah kita bangsa yang besar, bangsa yang memiliki segalanya. lihat saja luas lautannya. lihat saja hutan-hutan dan segala sumber daya alam yang ada di sini. apa yang kita tidak punya? rasanya tak ada. sama sekali tak ada. kita ini bangsa sempurna, yang semestinya takdir menghantarkannya kepelukan kejayaan dan gilang gemilang. yang seharusnya sesuai dengan skenario itu rakyat kita sejahtera berkelimpahan.
apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini? kita merenung renung, mengorek-ngorek semua kemungkinan jawaban dalam bimbang. sebab sepertinya jawaban atas pertanyaan itu sedekat urat dileher, seakrab detakjantung, tetapi seperti air yang terhalang batu, ia membelok entah ke kiri atau kanan, lalu menghilang. jawaban kemudian menggantung.
jadi apa yang terjadi pada bangsa yang besar ini? mungkin kita ini bukan bangsa yang besar. frase bangsa besar itu hanya mitos, khayali, dogma. ia semacam obat bius yang selama ini menyandu kita. kita bangsa bonsai, bangsa kerdil, bangsa yang terlalu tamak dengan harta. frase 'bangsabesar' ini hanya ciptaan yang mengukung, yang membutakan mata kita. realitasnya kita ini hanya sekumpulan manusia tamak yang berlomba menghancurkan segalanya demi harta.
hutan-hutan dihancurkan, aneka macam bahan tambang dikeruk dengan rakuss, laut dirusak, korupsi disegala lini, gila, gila, gila. begitu gila bangsa kita ini. korupsi ini yang paling gila. tak ada lini yang bebas virus ini, semua dijajah, dikuasai oleh virus ini. orang berlomba-lomba memperkaya diri, mengambil, mencuri, mengakali. pak insinyur, doktor, profesor, cendikiawan, pengusaha, pedagang biasa, ulama, ikut serta dalam kegilaan ini.
gila, gila, gila...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H