Mohon tunggu...
Wandi Barboy Silaban
Wandi Barboy Silaban Mohon Tunggu... jurnalis -

Seorang yang tak bisa melepaskan diri dari dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rutin

27 September 2010   00:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selalu. Hari selalu saja berganti. Terus berganti dari sehari ke sehari. Kemudian seminggu ke seminggu. Lanjut, sebulan ke sebulan, dan akhirnya menahun.  Rutin. Begitulah kehidupan. Ia akan selalu hadir mengisi gerak dan irama harmoni kehidupan yang memadu. Bagai aliran air yang terus ke muaranya, kehidupan ini berjalan sebagaimana adanya. Manusia yang tak berdaya dan daif itu hanya bagaikan boneka dengan pemiliknya Sang Khalik. Berikut ini kisah seorang pemuda yang menemukan pencerahannya dengan tiba-tiba. Pemuda yang tiada mengenyam kehidupan di bangku sekolah karena derita yang dialaminya semasa kanaknya dulu.

Titik nol Yogyakarta yang ramai itu- malioboro- kehidupan bagai tiada hentinya menandakan aktivitas yang selalu berdenyut. Aktivitas penghidupan dan kehidupan yang saling menyatu lebih tepatnya. Para pedagang bersaing mengusahakan penghidupannya. Berat, tapi inilah pasar, inilah persaingan dalam sebuah kehidupan yang terus menggeliat.

Seorang pemuda tampak asik dengan lamunan dan dunianya. Ia tengah menikmati keberadaannya. Entah, apa pula yang dipikirkannya di siang bolong yang terik saat itu. Pemuda yang belum lagi memiliki pendamping hidup ini tampak lebih tua raut wajahnya dari  pemuda kebanyakan. Tapi, perempuan mana pula yang mau dengan lelaki yang tak jelas juntrungannya macam pemuda ini?? Ya, pemuda yang menggelandang sehari-hari di malioboro ini tak peduli dengan waktu. Ia hanya peduli dengan khayalannya, entahlah, khayalan macam apa yang dibayang-bayangkannya itu.

Hari masih terik. Sedang asik-asiknya dengan permenungannya, tiba tiba ia tersentak dan seakan menemukan ilham yang tak biasa. Sedari tadi ia hanya memandang wara-wiri usaha penghidupan orang-orang yang sibuk. Ya, ia sadar dan tergugah dengan keadaannya, keberadaan dirinya lebih tepatnya setelah sekian lama berdiam diri.  Ia yang biasanya luntang-lantung saja berseliweran dan berkeliaran sekitaran malioboro yang tumpat pedat, mulai menunjukkan kemauannya untuk bekerja. Kerja apa saja yang penting halal. Dan satu lagi, pemuda itu seakan iklas menolong apa saja yang bisa kerjakannya. Ia sudah berubah seratus persen. Mendadak saja pemuda itu berubah dari yang tadinya dikenal sebagai orang yang malas menjadi orang yang rajin dan tekun untuk mengerjakan segalanya yang bisa dilakoninya.

Kadang-kadang ia diminta para pedagang untuk mengirimkan barang dari penjual barang dagangan yang satu ke penjual barang dagangan lainnya. Ia berjalan terus menyusuri malioboro sepanjang satu kilometeran itu. Ia disuruh apa saja, ia selalu siap sedia.  Begitulah ia terus jalani hari-harinya. Sekarang, kegiatan rutin itu masih terus dilakoninya sampai sekarang.

Hidup sekarang yang dijalaninya segera mengingatkan akan maksud hadits Nabi Muhammad SAW. Ya, sebagaimana yang termaktub dalam Hadits Nabi yang mengatakan "Khoirukum anfa'ukum linnas".  Yang terjemahan bebasnya kira-kira: sebaik-baik kalian adalah yang memberi manfaat bagi sesama manusia.

Begitulah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun