Negeri ini adalah negeri "seolah-olah" sebagaimana pernah diungkapkan Gus Dur suatu ketika. Ya, pelbagai persoalan yang berkembang dan hadir di tengah-tengah bangsa ini memang tak terlepas dari keseolah-olahan. Tengoklah bagaimana Muhammad Nazaruddin kini seolah-olah menjadi "pahlawan" dengan pernyataan-pernyataannya yang mencoba membuka bobrok sejumlah pejabat tinggi negara dan elite partai di negeri ini. Lain lagi dengan Pak Beye. Ia seolah-olah mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang bersih, jujur, dan berwibawa. Hanya seolah-olah saja.
Semuanya serba "seolah-seolah", demikianlah yang terjadi di negeri ini. "Seolah-seolah" telah menjamur di negeri ini. Ibarat pupuk yang terus menyuburkan tanaman, "seolah-olah" menjadi laris di kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.Seolah-olah tak ada sebuah pernyataan lisan ataupun tertulis  yang tak mengikutsertakan "seolah-olah".
Semakin banyak pelbagai kasus yang mencuat ke permukaan, "seolah -olah" pun tak mau ketinggalan untuk berpartisipasi di dalamnya. Jadi, "seolah-olah" sudah bisa dijadikan lagu nasional bersama yang selalu dikumandangkan kala kasus besar terutama menimpa negeri seolah-olah. Harus ada hukum seolah-olah, undang-undang seolah - olah, dan berbagai perangkat aturan tentang seolah-olah di negeri ini.
Jadi, mari "seolah-olah"kan segalanya. Karena tulisan ini cerminan tulisan "seolah-olah". Semoga mencapai hasil yang seolah-olah. Hehe
Salam seolah-olah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H