Mohon tunggu...
Wandi Barboy Silaban
Wandi Barboy Silaban Mohon Tunggu... jurnalis -

Seorang yang tak bisa melepaskan diri dari dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kearifan Berharga dari Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih

5 Mei 2012   12:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:40 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336219706506327686

Mantan Menteri Kesehatan kita memang telah berpulang ke rahmatullah pada 2 mei 2012, tepat pada momentum hari pendidikan nasional. Tak terasa sudah sejak beberapa hari lalu ibu meninggalkan keluarga, masyarakat, dan negeri yang dicintainya. Namun, kearifan serta kebijaksanaan yang ditinggalkannya bagi kita semua cukup perlu dijadikan teladan bagi kita. Secara khusus, tentulah kepada para penderita kanker paru-paru di seluruh tanah air.

[caption id="attachment_186412" align="aligncenter" width="300" caption="RIP Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih(Sumber:http://www.antaranews.com/berita/308881/jenazah-endang-rahayu-sedyaningsih-dimakamkan)"][/caption] Ibu Endang adalah sosok pribadi yang sederhana namun kuat. Ya, kebesaran jiwa telah menempa dirinya untuk terus melanjutkan tugas-tugas yang dipercayakan kepada dirinya. Amanah ini harus ditunaikan, namun kelemahan fisik jua yang membikin diri tak menuntaskan segalanya. Tentu saja ini wajar. Ibu Endang telah memberikan yang terbaik yang ia bisa. Tapi, sekali lagi, apa daya cukup sudah perjuangan dan amanah itu karena ajal yang tak bisa dipungkiri. Menjelang hari-hari terakhir kematiannya Ibu sudah menyatakan untuk mengundurkan diri dalam tugas-tugasnya. Sebuah sikap yang perlu diteladani bagi para pejabat negeri ini yang getol memburu dan mempertahankan kekuasaan ketika dirinya tak lagi bisa berbuat banyak untuk rakyat dan bangsanya. Seuntai garnet dalam hidupku, demikian judul buku terakhir Ibu Endang yang menderita kanker paru-paru sejak Oktober 2010 namun terus berjuang untuk mengatasinya hingga ajal menjemputnya. Lain lagi kata pengantar yang ditulis Ibu Endang pada buku Berdamai dengan kanker yang menggambarkan kekuatan jiwa dan ketegarannya dalam menghadapi segalanya. Disinilah letak kearifan dan kebijaksanaan yang bisa kita petik. Ibu bukanlah penggerutu yang mengeluh-eluhkan penyakitnya. Justru, Ibu menganggapnya sebagai salah satu anugerah dari Tuhan. Ibu adalah sosok pribadi yang pandai bersyukur. Ibu paham dan menyadari Tuhan pasti mempunyai rencanaNya dibalik semua ini. Dan ibu SIAP untuk menjalankannya.

Semua adalah karena anugerahNya semata. Jadi, terimalah segalanya dengan rasa syukur. Lamanya Hidup, menurut Ibu, tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Dan hikmah berharga terakhir yang ditorehkan Ibu bagi kita: Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun