Mohon tunggu...
Wandi Barboy Silaban
Wandi Barboy Silaban Mohon Tunggu... jurnalis -

Seorang yang tak bisa melepaskan diri dari dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ben Vs Orde Baru

14 Desember 2015   15:43 Diperbarui: 14 Desember 2015   16:13 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan saya ini hanya bersifat pribadi, subyektif. Jika ada kesalahan atau pun tulisan yang kurang sesuai sejarah Indonesia boleh dikoreksi pembaca sekalian. Semua ini hanya untuk mengenangkan seorang yang ahli tentang Indonesia asal Amerika Serikat khususnya guru besar sejarah Cornell University yang bernama Benedict Richard O Gorman yang dikenal dengan nama Ben Anderson. Ben Anderson adalah indonesianis paling 'galak'terhadap rezim Orde Baru.

Bukan tanpa sebab, Ben jadi 'galak'. Semua berawal dari makalah Cornell (Cornell Paper) yang meragukan bagaimana sejarah Indonesia pasca peristiwa Gestapu (G30S). Presiden Soeharto marah dan mencekal Ben yang kala itu masih meneliti studi kepolitikan Indonesia bersama Ruth Mc Vey.Dalam penelitiannya, Ben meragukan sejarah yang dibuat oleh rezim Orde Baru yang berkuasa kala itu. Ben bahkan dalam salah satu artikelnya menyebut rezim Orde Baru berdiri diatas tumpukan tengkorak dan tulang belulang.

Apa Pasalnya? Ya, sebagaimana diketahui masa 1965 yang penuh dengan intrik politik yang tajam antara PKI, Abri, dan Soekarno menciptakan sistem politik yang gamang. Ben mengritisi ratusan ribu manusia yang mati dan terbunuh sia-sia tanpa proses pengadilan oleh aparat militer. Singkatnya, Ben mengoreksi pernyataan Jendral Soeharto yang sekaligus menjadi sejarah resmi di Indonesia hingga kini. The Smiling General itu menyatakan bahwa peristiwa Gestapu, Gestok, atau G30-S/PKI : Ini suatu komplotan jahat, yang didalangi oleh PKI.

[caption caption="Ben Anderson diunduh dari http://www.liputanterkini.net/2015/10/mengingat-hari-kesaktian-pancasila-foto.html""]"][/caption]

Dalam makalahnya, Ben meneliti koran yang beredar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Medan, dan provinsi lainnya. Universitas Cornell saat itu juga punya koleksi koran Indonesia yang paling lengkap di dunia. Hasilnya: Banyak yang tidak cocok dengan versi resmi dari pemerintah. "Pada waktu itu memang luar biasa kami dapat segala macam koran dari Surabaya, semarang, Yogya, Solo, dll. Dan ternyata dari laporan-laporan
itu, banyak yang tidak cocok dengan versi resmi," kata Ben saat diwawancarai.

Ben, demikian ia biasa disapa rekan sejawatnya. Terhadap orang muda yang dikenalnya, karena sosoknya yang sepuh, ia lebih menyukai disapa "Om Ben." Membincangkan Ben identik dengan membahas komunitas terbayang (imagined communities). Ben mengungkapkan bangsa adalah suatu komunitas imajiner atau komunitas terbayang, yang dibayangkan.

Bayangan yang tidak saling mengenal tapi satu tujuan yaitu kemerdekaan, itulah bangsa. Kini, pemikiran Ben akan selalu hidup dan "membayangi bangsa kita. Ben sudah berbuat untuk penelitian studi politik dan sejarah Indonesia kontemporer khususnya pada 1965. Selamat jalan Om Ben. Istirahat Tenang Nun Jauh Di Sana...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun