Mohon tunggu...
Wandi Yuliawan
Wandi Yuliawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang suami, seorang ayah dan orang yang berusaha untuk berubah menjadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ada Surga di Rumahmu (Ibu)

3 Desember 2014   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya, mungkin sudah banyak yang tau dengan peribahasa "Surga di bawah telapak kaki Ibu" bukan secara langsung kita bisa melihat surga itu berada di bawah telapak kaki ibu dengan kasat mata, akan tetapi maknanya sangat dalam. Salah satu pemahaman saya mengenai peribahasa tersebut adalah bahwa dengan kita mengikuti apa yang di inginkan ibu (dalam hal positif) itu bisa berbuah kebaikan untuk kita kelak di masa depan maupun kelak di hari akhir. Kita mungkin bisa coba mengingat kembali masa lalu kita saat kecil dulu, bagaimana perjuangan ibu selama 9 bulan dengan tak kenal lelah membawa kita dalam kandungannya kemanapun ibu pergi. Hal tersebut di lakukan ibu selama 9 bulan yang paling tidak bobot di dalamnya itu sekitar 2-3 kg.

Kemudian saat kita lahir dan tumbuh menjadi bayi ibu sangat senang dengan memberikan ASI secara gratis ekslusif dari usia 0 samapi 6 bulan dan di lanjut sampai usia 2 tahun dengan makanan tambahan. Kemudian kita masuk ke usia anak-anak sekolah, kemudian remaja dan dewasa. Kasih sayangnya rasanya tidak akan pernah berubah. Sampailah pada saat kita mendapatkan pekerjaan dan mengharuskan kita berjauhan dengan Ayah dan Ibu di luar kota pun beliau akan selalu dekat dengan kita.

Agar semua anak di Indonesia bahkan di dunia ini bisa berkomunikasi dengan keluarganya secara langsung dan tanpa batasan, rasanya peranan internet akan sangat membantu. Dimana para anak bisa dengan mudah melakukan tatap muka kapan saja dimana saja menggunakan jaringan internet yang tersedia dengan mudah. Sehingga komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tuanya tidak akan pernah terputus.

Sehingga kelak antara daerah perantauan dengan rumah akan terasa tanpa jarak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun