Mohon tunggu...
Wandi Wahyudi
Wandi Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIP Administrasi Negara Unfari Bandung

Penulis Harian Lepas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu 2024: Ajang Bermetamorfosis dari Kuantitas Menuju Kualitas

2 Juli 2023   16:13 Diperbarui: 2 Juli 2023   16:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesta demokrasi akan segera di gelar dalam kurun waktu kurang lebih tujuh bulanan lagi, tepatnya pada tanggal 14 Februari 2024. Tapi gejolak kontestasi politik nampaknya sudah memanas sejak awal tahun 2023. Memanasnya gejolak politik tersebut membuat banyak masyarakat akhirnya ikut larut dalam percakapan politik di ruang-ruang publik, khsusnya di platform-platform media sosial.

Fenomena tersebut bisa menjadi indaktor positif dalam konteks pertumbuhan angka partisipasi masyarakat nantinya pada saat pemilihan. Tetapi pertumbuhan kuantitatif tersebut belum tentu seiring dengan pertumbuhan kualitasnya. Dalam artian masyarakat mulai memutuskan pilihannya berdasarkan rasonalitas. Sebab semakin rasional masyarakat dalam menentukan pilihannya, maka akan semakin berkualitas pula iklim demokrasinya. Sehingga mau tidak mau para calon atau kontestan politik harus bekerja dan berfikir lebih keras untuk memantaskan dirinya agar mendapatkan legitimasi dari rakyat. Dengan begitu konten politik yang ditampilkan akan semakin sehat dan berbobot.

Saya pikir, pemilu atau yang lazim disebut sebagai pesta demokrasi adalah ajang pertumpah ruahan pemikiran. Siapapun tokoh atau actor yang hendak melenggang ke panggung kontestasi tersebut harus sudah terlebih dahulu menyadari dan memahami bahwa arena yang akan ia geluti bukan tempat sirkus atau semacam srimulat. Melainkan sebuah arena partumpahan akal pikiran bahkan jiwa dan raga. Sebab melenggang ke arena politik artinya yang akan diemban adalah kepentingan bangsa, bukan pribadi atau golongan. Sedangkan untuk memahami problematika suatu bangsa, sekaligus menghadirkan solusi tentu memerlukan kapasitas pikiran yang mempuni. Tidak cukup hanya dengan lelucon, atau sekalipun retorika propaganda yang terkadang bertendensi sangat destruktif.

Saya sangat terkesan dengan apa yang disampaikan oleh Fahri Hamzah di acara podcast close the dor-nya Dedi Corbizier, beliau mangatakan bahwa, "kita tidak boleh berhenti untuk mencari yang ideal untuk negara, karena negara ini harapan bersama. Kalau tidak ada negara kita saling bunuh, kita saling merusak, negara itu sejahat apapun tetap kita perlukan untuk tetap ada."

Selaras dengan apa yang disampaikan Fahri Hamzah, saya rasa idealiasi politik dan negara itu tidak boleh berhenti. Kalau kita berhenti mencari yang ideal, artinya visi mengenai Indonesia di masa depan itu hanya akan menjadi konsumsi fantasi belaka. 

Justru dengan idealisasi itulah kita berupaya untuk mewujudkan imajinasi kegemilangan bangsa ini di masa yang akan datang. Setiap orang di bangsa ini boleh bermimpi besar tentang bangsanya. Tetapi potensi lahir dan bertumbuhnya mimpi-mimpi besar itu dapat hancur apabila para elit, tokoh, atau pemimpinnya tidak memberikan contoh yang baik terhadap generasi-generasinya. Presiden misal, selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, beliau adalah guru bangsa. Sehingga sikap ketauladanan dan kenegarawanan itu harus hadir di tengah masyarakat.

Pemilu 2024 adalah ajang bagi bangsa Indonesia untuk bermetamorfosis dari kuantitas menuju kualitas. Kita harus melepas "cangkang" agar dapat terbang tinggi. Metamorfosis adalah sebuah metafor untuk memberikan ketegasan bahwasanya kita sebagai sebuah negara bangsa yang besar memiliki keharusan untuk bertumbuh. Karena hanya dengan semangat pertumbuhan itulah harapan dan cita-cita besar bangsa ini akan tetap terawat dan terperjuangkan.

Sehingga melalui tulisan ini, saya berharap siapapun kawan yang membaca dapat ikut tergerak untuk memberikan edukasi dan advokasi politik dalam konteks demokrasi terhadap masyarakat baik dalam skrup mikro maupun makro. Siapapun kita, dari manapun kita, selama makan dan minum kita berasal dari tanah air ini, kita memiliki tanggung jawab dan peranan penting dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun