Mohon tunggu...
Wandi Hidayatulloh
Wandi Hidayatulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - aktif

Iman dan takwa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Pesantren Dahulu dan Sekarang

13 Juni 2023   17:49 Diperbarui: 13 Juni 2023   17:56 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input suhttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Pesantrenmber gambar


Perbandingan Pesantren Dahulu dan Sekarang: Menggali Perubahan dalam Pendidikan Islam

Pesantren, atau lembaga pendidikan Islam tradisional, telah menjadi pusat pembelajaran agama dan kehidupan pesantren bagi umat Muslim sejak berabad-abad yang lalu. Pesantren adalah tempat di mana para santri (siswa) tinggal bersama dengan para kyai (guru) untuk mempelajari Al-Qur'an, Hadis, Fiqih, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Seiring berjalannya waktu, pesantren mengalami perubahan signifikan baik dari segi pendekatan pendidikan, kurikulum, maupun lingkungan sosial. Artikel ini akan membandingkan pesantren dahulu dan sekarang, menggali perubahan yang terjadi dan implikasinya dalam pendidikan Islam.

Kurikulum:
Dalam pesantren tradisional, kurikulum umumnya terbatas pada pembelajaran kitab-kitab kuning dan ilmu-ilmu keislaman klasik. Santri fokus pada mempelajari Al-Qur'an, Hadis, Fiqih, dan Tafsir tanpa banyak sentuhan dengan pengetahuan umum atau ilmu-ilmu modern. Namun, pesantren modern telah mengadopsi pendekatan pendidikan yang lebih holistik. Santri diberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu-ilmu umum seperti matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan teknologi, selain ilmu-ilmu keislaman. Kurikulum yang lebih luas ini membantu santri mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang agama mereka sambil memperoleh pengetahuan yang relevan dengan dunia modern.

Metode Pembelajaran:
Pesantren dahulu mengandalkan metode pengajaran lisan dan hafalan. Para santri menghafal teks-teks agama dan mendengarkan pengajaran langsung dari para kyai. Pembelajaran berpusat pada guru, dan siswa jarang diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Namun, pesantren sekarang telah mengadopsi metode pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis pada diskusi. Diskusi kelompok, proyek berbasis tim, dan pendekatan berbasis masalah digunakan untuk merangsang pemikiran kritis dan kolaborasi antara santri. Metode ini memberikan kesempatan kepada santri untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.

Teknologi dan Akses Informasi:
Perbedaan yang signifikan antara pesantren dahulu dan sekarang adalah penggunaan teknologi dan akses ke informasi. Pesantren tradisional jarang menggunakan teknologi modern dalam proses pembelajaran. Namun, dengan kemajuan teknologi dan internet, pesantren modern telah mengadopsi penggunaan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, dan proyektor sebagai alat bantu pembelajaran. Santri sekarang dapat mengakses sumber daya pendidikan online, mempelajari tafsir, hadis, atau literatur keislaman melalui aplikasi atau platform e-learning. Ini membuka aksesibilitas terhadap pengetahuan Islam yang lebih luas dan membantu santri dalam menggali pemahaman yang lebih baik tentang agama mereka.

Perubahan Lingkungan Sosial:
Lingkungan sosial pesantren juga mengalami perubahan. Pesantren dahulu cenderung memiliki aturan dan tata tertib yang lebih kaku. Santri diharapkan hidup dalam disiplin ketat, dan kegiatan non-akademik jarang dilibatkan. Namun, pesantren modern menggabungkan pendekatan pendidikan formal dengan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam. Santri diberi kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam bidang seperti seni, olahraga, dan kewirausahaan. Pesantren juga lebih terbuka terhadap interaksi antara santri laki-laki dan perempuan, dengan memisahkan fasilitas dan kegiatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama.

Perbandingan di atas menyoroti perubahan penting yang terjadi dalam pesantren dari masa lalu hingga sekarang. Pesantren modern telah mengadopsi pendekatan pendidikan yang lebih holistik dan inklusif, dengan kurikulum yang lebih luas dan metode pembelajaran yang interaktif. Penggunaan teknologi dan akses terhadap informasi telah meningkat, memberikan kesempatan bagi santri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang agama. Selain itu, perubahan dalam lingkungan sosial pesantren telah mengakomodasi kebutuhan dan minat santri secara lebih baik. Semua perubahan ini bertujuan untuk menghasilkan generasi Muslim yang memiliki pemahaman agama yang kuat, tetapi juga mampu beradaptasi dengan dunia modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun