Mohon tunggu...
Humaniora

Kereta Punya Anak!

14 November 2016   18:13 Diperbarui: 14 November 2016   18:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun yang lalu aku hanya bocah SMA yang tiap pagi pergi sekolah dengan motor butut, jarak rumah dan sekolah lumayan jauh. Terus seperti itu setiap hari pada tahun terakhir aku berada di sekolah. Namun setelah lulus sekolah, aku mulai kelimpungan mencari perguruan tinggi negeri, dan sampai akhirnya aku mendapatkan perguruan tinggi di Jakarta tapi bukan negeri melainkan hanya gedungnya saja lumayan tinggi. Mungkin karena itu disebut perguruan tinggi. Ah, sudahlah itu bukan suatu hal yang aku pikirkan, yang penting kini aku sudah menjadi mahasiswa.

Oke, sudah cukup mungkin intronya aku akan mulai bercerita….

Ini kisah-ku menjadi mahasiswa selama dua tahun silam ini. Kampus yang berada di Jakarta mengharuskan aku untuk menggunakan transportasi massa yaitu Kereta Api. Sebenernya dari rumah menuju kampus bisa juga dengan sepeda motor, namun jalan yang rusak, udara panas Jakarta pada siang hari  membuat Aku pun lebih memilih untuk naik Kereta Api. 

Awalnya naik Kereta Api aku selalu mengeluh apalagi waktu saat pagi, ramainya penumpang membuat Aku harus berdesak-desakan yang tadinya baju dari rumah sudah rapi pas keluar seperti habis di laudry.

Tapi kini dua tahun sudah kujalani ternyata naik Kereta itu asyik! Sampe-sampe Aku dan teman-teman sekeretaan punya dua kategori Kereta. Pertama Kereta Merah (berwarna merah) dan Kereta Biru (berwarna Biru). Kereta Merah adalah Kereta dimana paling enak karena ACnya ituloh dingin banget engga bikin pengap pokoknya enaklah!

Sebaliknya dengan Kereta Biru adalah Kereta dimana kurang nyaman AC-nya cuma mengandalkan kipas angin warteg yang berputar dilangit-langit gerbong kalua sepi sih masih sedikit terasa dingin, namun jika kereta ini penuh jangan harap anda untuk bisa bernapas dikarena ramainya penumpang membuat sirkulasi udara tidak merata sungguh pengap sekali ditambah lagi dengan aroma-aroma dari berbagai macam keringat. Huft. Pikiran bakal jadi nge-fly!

Kereta sudah menjadi transportasi tetap bagiku untuk melakukan aktivitas perkuliahan aku setiap hari. Jadi pulang pergi naiknya kereta sampai seringnya Aku naik kereta ada beberapa teman menyebutku “Anak Kereta”, awalnya sih Aku heran “hah? Anak kereta? Emangnya bapa gua masinis!” tapi lama-kelamaan sebutan itu mulai menyebar setiap Anak yang sering naik kereta selalu disebut “Anker (Anak Kereta)”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun