Jepang memiliki tingkat inflasi yang relatif kecil, yakni hanya sebesar 3% saja pada bulan Agustus. Hal ini menempatkannya jauh di bawah angka di antara sesama anggota G7. Â Dilansir dari situs data Trading Economics, Amerika Serikat mengalami inflasi 8,3% di bulan yang sama, Kanada 7%, Perancis 5,9%, Jerman 7,9%, Italia 8,4%, dan Inggris 9,9%.
Lalu, Â mengapa inflasi di Jepang lebih rendah?
Ekonomi Jepang telah menghadapi tekanan yang sama dengan negara-negara lain, seperti krisis pangan dan energi yang mengikuti invasi Rusia ke Ukraina dan masalah rantai pasokan ketika ekonomi bangkit kembali dari COVID-19. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, harga makanan kenaikannya tercatat sebesar 3,7%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4,1%. Sama halnya dengan bahan bakar, listrik, dan air yang kenaikannya sebesar 14%, turun dari 14,4%.
Faktor rendahnya inflasi di Jepang
Pertama, kontrol negara dapat membatasi kenaikan harga. Regulasi gas dan listrik menunjukkan bahwa kenaikan harga hanya bisa terjadi secara bertahap. Ini berarti perusahaan utilitas cenderung mengamankan kontrak pasokan jangka panjang, yang pada gilirannya menstabilkan biaya energi.
Sama halnya dengan gandum. Jepang mengimpor sebagian besar gandumnya melalui organisasi pemerintah yang menetapkan harga jual kembali selama enam bulan sekaligus. Ini telah membantu negara itu menghindari dampak terburuk dari kenaikan harga gandum setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Pemulihan pandemi
Kedua, lambatnya pemulihan dari COVID-19 dibandingkan ekonomi G7 lainnya. Tokyo mencabut pembatasan kegiatan ekonomi secara lebih bertahap. Ini membantu membatasi inflasi dengan "menunda peningkatan permintaan pascapandemi yang telah dilihat banyak negara lain", menurut Yasumune Kano dari Chatham House.Â
Permintaan domestik Jepang yang lemah membuat harga tetap rendah. Hal ini disebabkan oleh upah yang rendah pula. Faktor-faktor yang menjaga upah tetap rendah mencakup lebih dari sepertiga pekerjaan paruh waktu atau kontrak. Serikat pekerja juga fokus pada keamanan kerja daripada gaji yang lebih tinggi, menurut Focus Economics.
Suku bunga negatif
Ketika suku bunga--biaya pinjaman uang--sangat rendah, konsumen biasanya merespons dengan membelanjakan lebih banyak. Tapi ini tidak terjadi di Jepang, di mana suku bunga berada di bawah nol selama enam tahun, di -0,1%. Mereka juga belum di atas 0,5% sejak 1995, lapor Bloomberg.