Buku ini bertuliskan cerita tentang sebuah klan. Itulah mengapa kuberi judul salah satu nama klan. Seperti yang telah kau ketahui, membicarakan tentang debuah klan akan berhubungan dengan klan-klan yang lain. Karena inses menjijikan, maka tidak mungkin meneruskan generasi dengan satu klan yang sama.
Kau pasti sudah mempersiapkan diri menghadapi daftar-daftar klan yang berbeda dan terhubung satu sama lain, yang kau pikir akan kau jumpai di dalam buku ini, lalu merasa bingung di tengah cerita, dan berpikir tentang penyesalan karena terlanjur membaca cerita ini. Kemudian meletakkan buku ini tersimpan, berharap dapat dilupakan, dan bertekad akan membacanya lagi ketika otakmu akhirnya dapat menerima bacaan yang “berat-berat”.
Tidak. Tidak seperti itu. Ini hanya menceritakan tentang satu klan saja, dan hubungannya dengan klan lain. Karena tidak mungkin di dunia hanya ada satu klan saja—yeah, inses yang menjijikan itu akan populer. Ini tentang satu klan yang ada sejak berabad-abad yang lalu. Klan yang hanya melahirkan dua keturunan perempuan selama 105 tahun terakhir, yang menyebabkan klan ini terus ada hingga sekarang.
Lepas dari kenyataan bahwa cerita ini hanya tentang satu klan saja, perlu kuingatkan bahwa ini tentang klan yang ada selama berabad-abad. Sudah ada jauh sebelum kau dilahirkan, bahkan aku ragu kakekmu sudah dipikirkan. Aku tidak pernah bilang cerita ini tidak akan membosankan karena menceritakan tentang satu klan saja.
Aku mempersempit jangkauan sampai satu abad saja. Karena semua kekomplikasian berawal dari satu abad yang lalu terkait klan ini.
Aku tidak membutuhkan data atau arsip-arsip lama yang memuat nama-nama klan tersebut dari Badan Pusat Statistik. Aku hanya butuh surat kabar lokal, bahkan regional kota Roxville. Ternyata anggota klan itu cukup banyak yang terkenal. Dari korban pembunuhan, sampai peraih nobel. Dari pendeta, sampai CEO separuh perusahaan yang ada di dunia.
Jangkauan sejauh satu abad tidak berarti bagiku sama sekali. Satu abad, puluhan abad, satu millennium pun tidak. Bagiku waktu selama itu setara dengan satu detik saja..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H