Saya merasa puas sudah berputar di Klenteng Utama dan udah masuk ke gua lama. Tapi sayang, gua baru hanya boleh dimasuki oleh orang yang sembayang, tak boleh menggambil gambar pula. Tapi kita harus menghormati mereka yang beribadah, jadi sayapun berbalik arah dan menuju ke Pak Yono (lagi). Ternyata saya baru tahu kalau ada dua spot lagi disini, terletak di selatan Klenteng Utama. Spot ini terhalangi oleh pohon rimbun di selatan klenteng, jadi tidak kelihatan dari luar.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kuil Kyai Jangkar (Luar)"]
Spot pertama adalah Kuil Kyai Jangkar. Walau Cheng Ho katanya keturunan muslim, tapi jangan membayangkan orang bersurban membawa tasbih. Kyai dalam Bahasa Jawa artinya yang disucikan, jadi kuil ini adalah Kuil tempat bernaung Jangkar yang disucikan. Kalau di Jogja mirip dengan Keris yang diberi gelar kyai di depannya. Di kuil ini terdapat tiga altar, yang paling kiri adalah altar Kyai Jangkar (ada jangkarnya), tengah ada altar nabi Kong Hu Cu, dan paling kanan adalah altar arwah Hoo Ping. Hoo Ping adalah arwah yang sudah tidak didoakan oleh keluarganya, mungkin karena keluarganya sudah jauh atau sudah tiada.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kuil Kyai/Nyai Tumpeng"]
Spot kedua adalah Makam Kyai Mbah/Nyai Tumpeng. Saya spontan membayangkan tumpeng yang disucikan yang tak pernah kadaluarsa dari jaman Cheng Ho. Ternyata salah sodara-sodara. Mbah Tumpeng adalah juru masak armada Cheng Ho. Disini terdapat makamnya yang biasa menjadi tempat ziarah para wisatawan.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kuil Kyai Jangkar (Dalam)"]
Setelah saya puas melihat-lihat, akhirnya saya memutuskan untuk masuk dan menggambil gambar. Sayang ketika itu tidak ada penjaga disana, jadi saya hanya menggambil sedikit gambar. Kuil kyai Jangkar sanagt kental dengan nuansa orientalnya, Lampion, Dupa, dan berbagai tulisan Cina yang saya tidak mengerti artinya. Beda dengan Makam Kyai Tumpeng yang lebih mirip pendopo daripada makam atau kuil.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Relief dan The New Gua Batu"]
Saya kelupaan satu spot penting di Klenteng Utama, Relief. Relief ini menceritakan perjalanan Sam Laksamana Cheng Ho mulai dari awal perjalananya, keberangkatan di Cina, sampai cerita perjalan terakhirnya yaitu penyelamatan Ambasadornya Cina yang hilang di indonesia. Cerita lain yang cukup unik adalah ketika Cheng Ho memberantas Bajak Laut di Sumatera. Total ada 11 cerita disini, tapi sayang, sebagian penjelasananya sudah hilang, termasuk sebuah cerita yang ada gambar masjid didalamnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kuil Kyai Juru Mudi"]
Dua spot terakhir terletak di utara Klenteng Utama. Pertama adalah Kuil Kyai Juru Mudi. tenang sodara-sodara, kali ini bukan benda, tapi benar-benar Juru Mudi yang disucikan. Di kuil ini juga terdapat makam dari Juru Mudi armada Cheng Ho. Spot Kedua adalah Kuil Dewa Bumi atau Dewa Kemakmuran. Tempat pemujaan Dewa Bumi ini sering kita temui pada klenteng pada umumnya, karena memang disini tempat meminta rejeki.