Era informasi saat ini memungkinkan kita untuk mengakses berbagai macam sumber informasi dengan mudah dan cepat. Namun, bersama dengan kemudahan tersebut datang pula tantangan yang harus dihadapi, yaitu penyebaran berita bohong atau hoax.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan Kominfo pada 2015, diketahui yang menjadi korban berita bohong maupun pesan singkat penipuan malah orang-orang yang mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi. "Malah anak-anak yang lahir sudah bersinggungan dengan teknologi, tidak mudah percaya dengan kabar bohong itu. Anak-anak itu lebih selektif karena bisa melacak sumber berita itu dengan teknologi." Kabar bohong tersebut, juga dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membenarkan opininya terhadap suatu hal. Hilmar menyebut bahwa mereka bukan mencari informasi tetapi konfirmasi.
Maraknya berita bohong ini juga menjadi perhatian Kepala Negara yang mengeluarkan maklumat agar dilakukan evaluasi terhadap media daring yang sengaja memproduksi berita bohong tanpa sumber yang jelas, dengan judul provokatif dan mengandung fitnah. Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah Septiaji Eko Nugroho menilai maraknya kabar hoax jika dibiarkan amat mungkin membuat perpecahan sesama anak bangsa. Ia menjelaskan "hoax" merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Hoax atau berita bohong ini disebarluaskan dengan sengaja dan tidak benar. Hoax bisa berupa berita, foto, video, atau bahkan pesan WhatsApp yang menyesatkan. Hoax seringkali disebarluaskan melalui media sosial, dimana ia bisa tersebar dengan cepat dan menjangkau banyak orang.
Tantangan bagi ilmu komunikasi dalam menangani hoax tidak hanya terbatas pada pencegahan penyebarannya saja, namun juga terkait dengan bagaimana cara mengkonstruksi kebenaran di tengah maraknya informasi yang tidak valid.
Ilmu komunikasi memiliki peran penting dalam membantu masyarakat memahami dan memilah informasi yang valid dan tidak valid. Namun, di era informasi yang over-saturated ini, tantangan bagi ilmu komunikasi semakin besar karena informasi yang tidak valid seringkali disebarkan dengan cara yang mengelabui.
Ilmu komunikasi juga harus memikirkan cara untuk memperkuat literasi media dan kepekaan masyarakat terhadap hoax. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari hoax, seperti kepanikan, ketakutan, atau bahkan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Dalam era informasi yang serba cepat, tantangan bagi ilmu komunikasi dalam menangani hoax tidak bisa dianggap remeh. Ilmu komunikasi harus terus berinovasi dan memperkuat perannya dalam membantu masyarakat memahami dan menyaring informasi yang valid dan tidak valid. Tanpa upaya yang serius dari ilmu komunikasi, hoax akan terus menjadi ancaman bagi masyarakat dan mengganggu keberlangsungan hidup yang sehat di era informasi ini.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh ilmu komunikasi dalam menangani hoax adalah dengan meningkatkan literasi media. Literasi media merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang ada di media.
Dengan meningkatkan literasi media, masyarakat akan lebih peka terhadap hoax dan lebih mampu menyaring informasi yang tidak valid. Ilmu komunikasi dapat membantu dalam hal ini dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara menganalisis sumber informasi, memahami tanda-tanda hoax, serta cara mengecek kebenaran sebuah informasi.
Selain itu, Septiaji Eko Nugroho  selaku Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax (MIAH)mengemukakan sejumlah tips untuk mendeteksi informasi hoax agar pengguna media sosial tidak termakan berita fitnah, hasut dan hoax:
Pertama, lihat apakah Anda dapat menemukan judul yang provokatif menggunakan mesin pencari Google untuk melihat apakah berita tersebut dibaca, ditulis, dan diterbitkan oleh situs berita lain, Kemudian bandingkan judul dan isi setiap pesan untuk sampai pada kesimpulan yang lebih berimbang dari berbagai perspektif,.