Bioremediasi  berasal dari kata bio dan remediasi. Bio berarti kehidupan, sedangkan remediasi berarti tindakan atau proses penyembuhan. Sehingga bioremediasi bisa diartikan sebagai tindakan penyembuhan dan pemulihan lingkungan menggunakan makhluk hidup.  Vidali dalam buku Bioremediation an Overview Pure and Applied Chemistry (2011) menyebutkan bahwa bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik maupun anorganik polutan dari sampah dengan menggunakan organisme (bakteri, jamur, tumbuhan, atau enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada kondisi terkontrol untuk mereduksi pencemar dari lingkungan. Secara rinci, bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk membersihkan pencemaran yang disebabkan oleh limbah minyak. Sejak tahun 1990an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air limbah pada saluran air. Saat ini, bioremediasi sudah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri, yang termasuk dalam polutan ini antara lain logam-logam berat, pertoleium hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain.
Bioremediasi memiliki keunggulan yakni sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah ada, bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia berbahaya atau bisa dikatakan ramah lingkungan, teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah, dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar rumah. Kelemahan dari bioremediasi yakni mengingat bahwa hanya 1% dari mikroorganisme yang ada di alam telah diisolasi, salah satu batasan bioremediasi adalah identifikasi mikroorganisme yang mampu mendegradasi zat pencemar tertentu. Di sisi lain, bioremediasi bekerja dengan sistem kompleks dua atau lebih organisme hidup, yang umumnya tidak sepenuhnya diketahui. Beberapa mikroorganisme yang diteliti telah mengubah biakan senyawa yang terkontaminasi menjadi produk sampingan yang lebih beracun.
Bakteri  pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
Pencemaran lingkungan oleh hidrokarbon minyak bumi terus mengalami peningkatan dan telah menimbulkan dampak yang berarti bagi makhluk hidup. Bioremediasi adalah salah satu upaya untuk mengurangi polutan tersebut dengan bantuan organisme. Biodegradasi senyawa hidrokarbon dari minyak bumi ini dapat dilakukan oleh bakteri Pseudomonas sp. Bakteri Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon berbagai. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran minyak bumi. Bahan utama minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak bumi juga mengandung senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%.
Terdapat sedikitnya empat seri hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik (benzenoid).
Bakteri pseudomonas yang umum digunakan antara lain : Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas diminuta. Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri. Kelompok ini bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium.
Dampak bioremediasi terhadap lingkungan sangat positif karena tujuan diciptakan bioremediasi itu sendiri adalah untuk  mencegah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.  Bakteri  pseudomonas sp memiliki peranan besar dalam proses ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H