Melandanya bencana akhir akhir ini menyerang beberapa wilayah antara lain; tanah longsor di Banjarnegara, Gn. Agung di Bali, banjir dan angin puting beliung di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kini, bencana menjadi sorotan utama sebagai bentuk "teguran" dari Nya atau ulah tangan manusia?
Bencana menjadi bagian dari fenomena alam yang tidak bisa diprediksi kedatangannya, namun bisa ditanggulangi bersama. Mengingat kesadaran terhadap potensi bencana merupakan upaya kehati-hatian masyarakat agar bisa melakukan antisipasi sebelum bencana itu terjadi. Berbagai upaya baik secara organisasional ataupun kondisional dilakukan secara sistematis dan sesuai SOP dari BNPB Indonesia.
Saat ini upaya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam menciptakan Program Desa Tangguh Bencana (Destana) sebagai program prioritas dalam RPJMN tahun 2015-2019 dimana desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan. Dengan capaian 5.000 desa/kelurahan tangguh bencana yang bersumber dari berbagai pihak terkait. Â
Hingga tahun 2016 telah terbentuk 374 desa/kelurahan tangguh bencana dari anggaran APBN BNPB dan pada tahun 2017 ini akan dilaksanakan di 150 desa/kelurahan dari 38 kabupaten/kota di 26 provinsi. Tujuh provinsi diantaranya merupakan desa/kelurahan tematik dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan. Destana memiliki 20 indikator yang tertera dalam Perka BNPB No.1 Tahun 2012 sebagai kriteria Destana.
Kesiapsigaan desa didukung dengan SDM yang mampu mengelola kegiatan secara sigap dan tanggap, karakteristik tersebut dimiliki dan terbentuk pada pemuda/i, lumrahnya disebut karang taruna atau dalam hal ini disebut Taruna Tanggap Bencana  (Tagana) adalah suatu organisasi sosial yang bergerak dibidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang berbasiskan masyarakat.Â
Pembentukan Tagana karena upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana. Keberadaan Tagana sekitar 4 tahun ini telah banyak melakukan kegiatan kemanusiaan dalam bencana dan kegiatan kesejahteraan sosial yang akhirnya menjadi salah satu organisasi yang diterima oleh masyarakat sebagai bentuk peningkatan kapasitas diri.
Berlatar belakang pembentukan Tagana sebagai wadah anak muda dalam memberikan hasrat sosial dan upaya menjembatani warga. Tagana sebaiknya membentuk komunitas yang konsen dalam bidang kebencanaan, berperan tidak sekadarnya saja melainkan perkumpulan ini membentuk komunitas sehingga memudahkan kordinasi dan komunikasi dengan pihak pusat, BPPB atau BNPB sekalipun, sehingga karakter social ini terpupuk karena keilmuan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H