Mohon tunggu...
Wallsman Lamtota Nainggolan
Wallsman Lamtota Nainggolan Mohon Tunggu... Lainnya - Imajinasi

"Seseorang dicintai karena ia dicintai. Tak ada alasan yang dibutuhkan untuk mencintai". - Paulo Coelho, The Alchemist

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Endless Love-1 [Irnanda Agusti Simangunsong]

12 Desember 2018   11:49 Diperbarui: 12 Desember 2018   12:05 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tidak, lepaskan aku!", jawabku penuh ketakutan. Aku melihat keadaan sekelilingku tapi tidak ada siapa pun. Lantas hendak ingin berlari tapi tangannya sangat kuat memegang tanganku.

"Jangan terlalu terburu-buru nona, santai saja! Ayolah ikut kami!"

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan kami dan seorang pria turun dari mobil itu. Aku masih sempat melihat bentuk tubuhnya yang tinggi dan atletis. Namun, karena keremangan malam hari, aku tidak bisa melihat wajahnya.

 Lelaki itu pun melepas cengkeraman tangannya di tanganku. Setelah itu, aku berlari sekencang-kencangnya dari tempatku meninggalkan mereka yang mulai bertengkar. Aku memang tidak tahu diri. Aku begitu saja meninggalkan lelaki itu tanpa memikirkan bagaimana keadaannya nanti.

Tapi di sampingku aku sendiri ketakutan sampai akhirnya aku berhenti di depan emperan ruko dimana banyak anak jalanan, ibu-ibu, dan bapak-bapak yang tidur hanya beralaskan dengan koran. Aku pun duduk menyandarkan tubuhku pada tembok ruko. Aku tidak tahu harus kemana lagi diriku ini. Mungkin untuk malam ini, aku disini dulu dan tidak mungkin untuk kembali ke rumahku. Itu hanya akan membuatku semakin menderita.

Sedangkan disisi lain tempat pria tadi malah bingung kenapa perempuan itu langsung lari. "Dasar gadis tidak tahu terima kasih! Sudah ditolong, malah main lari saja. Lebih baik tidak usah ditolong saja kalau seperti itu!", katanya di dalam hati. Lalu dia pun masuk lagi ke dalam mobilnya dan lekas meninggalkan tempat itu.

Tak terasa pagi telah datang, aku terbangun. Walaupun matahari belum menampakkan wajahnya. Aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Aku pun kembali melanjutkan perjalananku. Aku menyusuri sisi jalanan kota Jakarta yang semakin ramai dengan orang-orang yang berlalu ke tempat peraduannya masing-masing tanpa terasa perutku mulai terasa lapar. Aku pun berjalan sambil mencari tempat makanan. Akhirnya, aku pun menemukan sebuah warung makanan.

 "Mau pesan apa, Mbak?", kata seorang wanita paruh baya pemilik warung itu.

 "Nasi pakai telur ya, Bu!"

"Oh, tunggu sebentar ya, Mbak!". Tidak lama kemudian wanita itu datang membawa nampan yang berisi makanan.

"Ini, mbak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun