"Tidak, lepaskan aku!", jawabku penuh ketakutan. Aku melihat keadaan sekelilingku tapi tidak ada siapa pun. Lantas hendak ingin berlari tapi tangannya sangat kuat memegang tanganku.
"Jangan terlalu terburu-buru nona, santai saja! Ayolah ikut kami!"
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan kami dan seorang pria turun dari mobil itu. Aku masih sempat melihat bentuk tubuhnya yang tinggi dan atletis. Namun, karena keremangan malam hari, aku tidak bisa melihat wajahnya.
 Lelaki itu pun melepas cengkeraman tangannya di tanganku. Setelah itu, aku berlari sekencang-kencangnya dari tempatku meninggalkan mereka yang mulai bertengkar. Aku memang tidak tahu diri. Aku begitu saja meninggalkan lelaki itu tanpa memikirkan bagaimana keadaannya nanti.
Tapi di sampingku aku sendiri ketakutan sampai akhirnya aku berhenti di depan emperan ruko dimana banyak anak jalanan, ibu-ibu, dan bapak-bapak yang tidur hanya beralaskan dengan koran. Aku pun duduk menyandarkan tubuhku pada tembok ruko. Aku tidak tahu harus kemana lagi diriku ini. Mungkin untuk malam ini, aku disini dulu dan tidak mungkin untuk kembali ke rumahku. Itu hanya akan membuatku semakin menderita.
Sedangkan disisi lain tempat pria tadi malah bingung kenapa perempuan itu langsung lari. "Dasar gadis tidak tahu terima kasih! Sudah ditolong, malah main lari saja. Lebih baik tidak usah ditolong saja kalau seperti itu!", katanya di dalam hati. Lalu dia pun masuk lagi ke dalam mobilnya dan lekas meninggalkan tempat itu.
Tak terasa pagi telah datang, aku terbangun. Walaupun matahari belum menampakkan wajahnya. Aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Aku pun kembali melanjutkan perjalananku. Aku menyusuri sisi jalanan kota Jakarta yang semakin ramai dengan orang-orang yang berlalu ke tempat peraduannya masing-masing tanpa terasa perutku mulai terasa lapar. Aku pun berjalan sambil mencari tempat makanan. Akhirnya, aku pun menemukan sebuah warung makanan.
 "Mau pesan apa, Mbak?", kata seorang wanita paruh baya pemilik warung itu.
 "Nasi pakai telur ya, Bu!"
"Oh, tunggu sebentar ya, Mbak!". Tidak lama kemudian wanita itu datang membawa nampan yang berisi makanan.
"Ini, mbak!"