Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau ketika tekanan darah diastolik 90 mmHg . Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya meliputi 90% kasus hipertensi, sedangkan 10% kasus lain merupakan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang penyebabnya dapat ditentukan, misalnya kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain .
     World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa, hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. WHO memperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, Sebagian besar (dua pertiga) diantaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO juga menyebutkan 46% orang dewasa penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Kurang dari separuh orang dewasa (42%) penderita hipertensi didiagnosis dan diobati, namun hanya sekitar dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi yang terkontrol. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, 1,5 juta kematian tersebut terjadi di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita hipertensi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah 34,11%. Prevalensi tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Selatan (44,13%) dan terendah di Provinsi Papua (22,22%). Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi .
     Hipertensi sering kali disebut sebagai the silent disease karena tanpa gejala atau menunjukkan gejala yang tidak spesifik dan sering kali didiagnosis secara tidak sengaja. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dan persisten akan menimbulkan komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung, ginjal dan mata. Komplikasi yang terjadi ini sering disebut dengan Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD). HMOD mencakup stroke iskemik atau hemoragik, gagal jantung, penyakit ginjal kronik dan hipertensi retinopati . Hipertensi apabila tidak diobati atau terlambat didiagnosis dan tidak dikontrol secara memadai, maka risiko terjadinya HMOD akan terus meningkat.
   Hipertensi retinopati merupakan salah satu HMOD yang disebabkan karena beberapa perubahan vaskular pada mikrosirkulasi retina. Hipertensi mengakibatkan terjadinya serangkaian perubahan patofisiologis pada pembuluh darah retina, sebagai respons terhadap peningkatan tekanan darah. Tahap akut hipertensi mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi arteriol dan kerusakan endotel, sementara pada tahap kronis, terjadi penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media, dan degenerasi hialin yang mengakibatkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah retina . Hipertensi retinopati menjadi prediktor dari suatu tingkat keparahan hipertensi itu sendiri, bahkan menjadi prediktor terjadinya stroke akibat peningkatan tekanan darah, dikarenakan kesamaan struktur pembuluh darah pada organ mata dan otak .Â
  Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah dilakukan, kami terinspirasi membuat sebuah alat yang bisa skrining dan mengklasifikasikan tingkat keparahan hipertensi retinopati secara cepat dan otomatis. Skrining adalah identifikasi dini penyakit berdasarkan serangkaian tes dan pemeriksaan. Skrining retina mata memungkinkan seseorang mengetahui lebih dini kondisi mata yang dapat menyebabkan gangguan mata seperti seperti hipertensi retinopati. Modifikasi dan keterbaruan alat yang dibuat adalah kemampuan alat dapat melihat keseluruhan bagian retina termasuk bagian yang selama ini sulit dilihat oleh dokter dan metodenya juga bersifat non-invasif, sehingga aman digunakan pada semua orang. Penerapan teknik pre-focussing serta Convolutional Neural Network pada alat ini bisa menangkap gambar sekaligus mengklasifikasikan tingkat keparahan dan komplikasi virus terhadap hipertensi retinopati secara otomatis. Hasil klasifikasinya akan ditampilkan di Liquid Crystal Display (LCD) dan disimpan dalam web, sehingga memudahkan dokter untuk mengakses kembali data-data yang telah ada untuk keperluan kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H