Mohon tunggu...
eka musthofa
eka musthofa Mohon Tunggu... -

nothing change without action

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Muadzin itu Mbah JO

24 Mei 2014   16:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbah Jo, yah itulah nama yang disematkan pada tetanggaku seorang muadzin desa yang bernama lengkap paijo tedjo sebenarnya belum terlalu tua tetapi mungkin karna kepalanya banyak ditumbuhi uban, umurnya juga sekitar 59 tahun, tubuhnya cukup tegap karena beliau setiap pagi pergi ke sawah dengan cangkulnya, beliau tinggal bersama istrinya suminah sebelum istri tersebut meninggal, beliau hanya mempunyai seorang anak lelaki dan dua cucu yang tinggal di perumahan yang cukup jauh dengan desaku, disamping beliau seorang muadzin di desaku, beliau juga selalu ramah ketika bertemu siapapun baik orang-orang dewasa ataupun anak-anak. Tapi kebiasaannya yang rajin ke masjid dan selalu adzan itu dia lakukan tepatnya tujuh hari setelah meninggalnya istri yang sangat dicintainya.

Dulu beliau orang yang jarang shalat, walaupun anaknya tidak bosan-bosan menasehatinya dan beliau juga sering memarahi anak-anak kecil di desa yang sering rebut-ribut dan membuat gaduh di desa. Aku dan teman-teman mengetahui perubahan mbah jo karena dapat cerita dari seorang cucunya yang selalu bermain dengan kita, yakni ketika ditinggal istrinya mbah jo sangat sedih dan beliau lebih banyak bengong di atas kursi rotan kesayangannya di teras rumah.

Lalu, tepat tujuh hari dari meninggal istrinya. Beliau bermimpi bertemu istrinya, dan di dalam mimpinya beliau melihat istrinya yang sangat gembira dengan mengenakan pakaian yang sangat bagus. Mimpi itu terulang sampai tiga kali dan dihari ketiga mbah jo masih melihat istrinya lagi dalam mimpinya dengan keadaan yang sama, mbah jo kemudian bertanya kepada istrinya dalam mimpi tersebut.

Mbah jo; bagaimana kabarmu di sana?

Istri; seperti yang kau lihat, keadaan ku saat ini sangat baik..!

Mbah Jo; Kenapa keadaanmu bisa sangat baik seperti ini, padahal kamu di dunia jarang shalat apalagi puasa..?

Istri; Kau melihat keadaanku seperti ini karena aku sangat mencintaimu dan aku sangat patuh padamu, walaupun aku jarang shalat dan puasa.

Ketika Mbah Jo bangun, beliau memikirkan mimpinya dan dialognya yang singkat dengan istrinya tersebut. Berhari-hari Mbah Jo selalu memikirkan “istri saya bisa begitu karena taatnya padaku, terus bagaimana dengan aku yang tidak pernah berbuat baik”.

Karena selalu dibayangi pertanyaan seperti itu, Mbah Jo lalu mengisi hari-harinya dengan berjamaah di masjid dan tetap meneruskan bercocok tanam di sawah setiap pagi. Selang beberapa hari, ketika beliau pulang dari berjamaah beliau mampir ke warung kopi, di sana sudah ada beberapa orang dan seorang anak yang kalau dilihat belum begitu dewasa. Mbah Jo melihat dengan sinis kepada anak itu, mungkin karena anak kecil itu belum pantas untuk nongkrong-nongkrong di warung. Seperti biasanya selalu ada obrolan-obrolan di warung kopi itu, mulai dari gosip sampai agama dan pemerintahan.

Di sela-sela perbincangan mbah jo melempar pertanyaan pada orang-orang di warung kopi tersebut: “Kenapa orang-orang berlomba-lomba adzan pada setiap masjid di desa-desa, kenapa kok gak satu desa saja dan masjid lain langsung iqomah”. Semua diam, lalu anak yang ada di sana berkata: “Maaf mbah, kalau adzan dan iqamat memang sangat istimewa dalam agama kita, bahkan ada sebuah hadits yang menyebutkan tentang keistimewaan tentang orang yang sering adzan di dalam kuburnya hewan-hewan seperti belatung dan cacing tanah tidak mau memakannya”.

Semenjak peristiwa tersebut, Mbah Jo tidak lagi suka memarahi anak kecil dan beliau menjadi mudzin di masjid daerah ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun