Mohon tunggu...
Chairul Walid
Chairul Walid Mohon Tunggu... Human Resources - Menjadi Manusia yang bermanfaat bagi sesama

Padamu Negeri Kami Berjanji \r\nPadamu Negeri Kami Berbakti \r\nBagimu Negeri Jiwa Raga Kami...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada Hadapi Cuaca Ekstrim

21 Desember 2017   16:29 Diperbarui: 21 Desember 2017   16:38 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BMKG beberapa waktu lalu  merilis tentang cuaca ekstrim  di wilayah Indonesia  yang diperkiraan terjadi hingga Februari 2018. Secara periodik BMKG juga mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim yang akan terjadi di beberapa wilayah secara spesifik. Dampak yang paling dirasakan akibat cuaca ekstrim adalah curah hujan yang deras disertai angin kencang. Kondisi ini menyebabkan banjir, tanah longsor dan angin puting beliung serta  terjadinya gelombang tinggi di perairan yang membahayakan bagi pelayaran dan nelayan.

Berdasarkan data dari BNPB bencana hidrometeorologi yang diakibatkan cuaca ekstrim seperti di atas mendominasi sepanjang 3 tahun terakhir dimana tercatat 6.023  kali bencana dengan korban jiwa sebanyak 1.016 orang meninggal dunia. Dampak bencana bukan hanya korban jiwa namun juga kerugian materil yang dialami oleh masyarakat baik berupa tempat tinggal maupun fasilitas umum dan sarana ibadah serta kerusakan infrastruktur.

Sementara itu hasil  kajian risiko bencana yang dilakukan oleh BNPB tahun 2015 bahwa jumlah jiwa terpapar risiko bencana banjir di seluruh Indonesia tersebar di beberapa pulau dengan jumlah 170juta jiwa yang berisiko terkena banjir dan nilai asset terpapar melebihi Rp.750 Triliun. Sedangkan  untuk bencana tanah longsor  dan angin puting beliung jumlah jiwa yang terpapar  sebanyak 14 juta jiwa dan 200 juta jiwa  dengan  nilai asset yang terpapar sebesar Rp78 Triliun. 

Dari data kajian risiko tersebut terlihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi ini terhadap hidup dan penghidupan masyarakat. Oleh sebab itu sebagai antisipasi untuk mengurangi risiko bencana yang lebih besar maka diperlukan peningkatan kewaspadaan masyarakat bersama pemerintah.

Kepedulian Masyarakat dan Pemerintah

Salah satu upaya pengurangan  risiko bencana akibat cuaca ekstrim berupa banjir, tanah longsor dan angin puting beliung adalah dengan cara  meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Upaya menjadikan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi dampak  bencana perlu terus dilakukan dengan berbagai cara dan sarana. Oleh sebab itu kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang diakibatkan oleh bencana sangat diperlukan. Kepedulian  yang berasal dari dalam diri sendiri maupun kepedulian karena kepentingan dan keselamatan bersama di masyarakat.

Banyaknya jatuh korban pada saat terjadi bencana selama ini diakibatkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai risiko bencana itu sendiri. Hal ini menyebabkan kepedulian masyarakat terhadap ancaman dari bencana berkurang. Sebagai contoh masyarakat yang berada di DAS Daerah Aliran Sungai yang seharusnya tidak boleh dijadikan sebagai pemukiman namun karena alasan keterpaksaan dan ketidaktegasan pemerintah mereka tinggal dan menetap di sana. Sehingga saat terjadi bencana banjir mereka menjadi korban.

Ketidak pedulian masyarakat ini   disebabkan oleh masih  lemahnya peranan pemerintah dalam mengkomunikasikan informasi yang detil mengenai bencana  kepada masyarakat. Perlu ada pola penyampaian informasi yang dapat diterima oleh masyarakat secara luas sampai kepada tingkatan memahami dan menjadi budaya sadar terhadap bencana. Hal ini sesuai dengan Prioritas pertama dalam Sendai Framework Disaster Risk Reduction tahun 2015 yaitu Memahami Risiko Bencana yaitu tahu informasi bencananya, mengerti apa yang harus dilakukan dan mampu merespon saat terjadi. 

Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ini perlu juga melibatkan komponen masyarakat terutama kelompok atau perkumpulan relawan yang berbasis masyarakat, maupun keagamaan dan social.  Mereka umumnya memiliki jaringan yang langsung terkait ke masyarakat sehingga memudahkan upaya sosialisasi

Pola-pola selama ini yang dilakukan oleh pemerintah cenderung hanya sebatas penyebaran informasi, belum mengarah kepada mengevaluasi dan memastikan serta menjaga bagaimana informasi yang telah diberikan kepada masyarakat tidak hilang begitu saja.  Program-program Pemerintah yang terkait menghadapi cuaca ekstrim ini harus terus ditingkatkan   dalam rangka memperkuat tata kelola risiko bencana dan manajemen risiko bencana. Seperti yang telah dilakukan  antara lain; (1) mengidentifikasi risiko bencana hidrometeorologi, (2)membuat kajian risiko bencana dan (3)membuat peta risiko bencana. Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama yang berada di wilayah rawan bencana.

Kita akui bahwa salah satu kendala dalam peningkatan program penanggulangan bencana ini adalah masih minimnya anggaran yang dialokasikan.  Dalam periode 5 tahun terakhir alokasi anggaran untuk Penanggulangan bencana tidak lebih dari 1% dari APBN. Meskipun demikian anggaran penanggulangan bencana terbantu dari dana on call atau dana siap pakai yang dapat digunakan pada saat kondisi tanggap darurat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun