Darah juang sudah beku, tak ada lagi perlawanan habis-habisan. Semua sudah direngkuh oleh penguasa negara untuk mengamankan harta dan kekayaan mereka. Bahkan pelestarian alam dan penolakan pada pembabatan hutan yang membabibupun ditentang pejabat negara dengan merestui deforestasi. Otak lumpuh mana yang bisa dengan teganya mengatakan pembangunan tidak boleh berhenti atas nama deforestasi, sungguh teramat naif.
Hari-hari ini kita menyaksikan sepak terjang pejabat negara dengan ambisiusnya memainkan kekuasaan yang tak tersentuh. Kebijakan atas nama pandemi pun mempertegas kebuasan mereka dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Kewajiban polymerase chain reaction atau PCR disinyalir pula berkaitan dengan bisnis yang dilakoni "pengpeng" (penguasa pengusaha).
Rakyat kehilangan nafsu melawan karena semakin hari darah perjuangan dipaksa membeku dengan kerasnya para pendengung penguasa yang mengebiri suara kritis rakyat dan petantang petentengnya pihak yang semestinya mengayomi justru menghambat protes rakyat, bahkan beberapa kalangan pendemo seringkali menjadi korban kekerasan mereka. Semakin biadab!!! Rakyat dipaksa diam terkungkung. Wabah melanggengkan kekuasaan dan memperkaya penguasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H