Untuk menurunkan tensi negara-negara lain, Hitler memerintahkan menurunkan semua slogan-slogan anti Semit yang dipajang di jalan-jalan. Tentu saja ini untuk sementara saja. Â Selama Olimpiade, tak ada poster-poster bertuliskan "Orang Yahudi tak diinginkan di sini".
Hitler memang mesti memperhitungkan ancaman boikot. Ia khawatir ancaman itu bisa memengaruhi IOC untuk memindahkan lokasi Olimpiade. Padahal Hitler membutuhkan Olimpiade Berlin ini sebagai ajang propaganda politiknya.
Bagi Hitler sendiri, negara dapat berkumpul dengan damai di Olimpiade sebagai ajang festival olahraga, jelas bukanlah tujuan politiknya. Sebaliknya, politik Hitler justru menekankan agar negara-negara itu dapat terus berkonflik satu sama lain.
Terus memelihara konflik, ini sejalan dengan ideologi fasisme yang dianut Jerman kala itu. Fasisme memandang kekerasan politik dan perang adalah sarana untuk mencapai pembaharuan nasional.
Olimpiade Jadi Ajang Propaganda Politik Rasisme
Hitler benar-benar memanfaatkan Olimpiade sebagai "festival propaganda" politiknya. Di mana-mana, di stadion, di sepanjang jalan, terpajang lambang-lambang swastika berukuran raksasa.
Jerman berusaha mencitrakan sebagai negara yang toleran dan damai. Demi citra ini, selama Olimpiade, Jerman berusaha menutupi kekerasan dan rasisme yang menjadi kebijakan politik rezim Nazi. Rakyat diperintahkan bersikap ramah terhadap turis. Peraturan rezim yang biasanya streng, sedikit dilonggarkan untuk menarik simpati turis yang datang.
Tapi satu hal yang harus diperhatikan, propaganda Hitler bahwa ras Arya adalah ras paling unggul, harus dikedepankan.
Atlet-atlet yang dipilih untuk mewakili Jerman benar-benar harus merepresentasikan ras Arya. Hitler mempropagandakan ras Arya sebagai ubermensch, ras terunggul di antara manusia lainnya. Dan bagi rezim Nazi, bangsa Jerman digolongkan sebagai ras Arya paling murni. Cirinya antara lain berambut pirang, berkulit putih, bermata biru.
Ketika Olimpiade di Berlin ini berlangsung, dunia belum menyadari bahwa Hitler diam-diam sedang merencanakan pemusnahan massal (holocaust). Pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dianggap ras non-Arya, terjadi kurang dari 5 tahun setelah Olimpiade.
Sebagai catatan, 3 tahun setelah Olimpiade, Hitler menginvasi Polandia (1939). Dan di Polandia inilah pada tahun 1940 dimulai pembunuhan massal (holocaust).