Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengerikan, Belanda Reka Ulang Tragedi Air Bah Bersejarah

19 Juli 2021   07:25 Diperbarui: 24 Juli 2021   00:30 2034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bencana banjir 1953 di provinsi Zeeland di Belanda (Sumber: Wikipedia)

Saya masuk ke sebuah ruangan gelap. Ada kilatan cahaya yang menyembul dari balik jendela. Kilatan cahaya itu disertai suara menggelegar. Di luar terdengar suara gemuruh badai kencang. Atap rumah, jendela, pintu terdengar berderik-derik.

Di dalam gelap, saya melihat ke sekeliling. Saya coba mengenali suasana di sekitar. Ini adalah living room sebuah rumah tinggal. 

Saya melihat juga ada tempat tidur yang tertata rapi. Di atas tempat tidur ada jam dinding. Jam ini berdetak 12 kali, saat suara badai disertai hujan deras terdengar menggemuruh.

Jeritan orang, suara badai, hujan lebat, dentuman benda-benda yang jatuh. Semua seakan nyata terjadi di depan mata. Saya merinding, seakan mengalami sendiri kejadian itu.

Reka ulang itu terlihat begitu hidup. Saya sedang berada di sebuah ruangan kecil di museum Neeltje Jans, provinsi Zeeland di Belanda.

Di ruangan tempat saya berdiri ini, orang bisa melihat reka ulang terjadinya tragedi air bah disertai badai yang terjadi pada tahun 1953 di Belanda. 

Reka ulang bencana air bah di museum Neeltje Jans di Belanda ini, sempat saya videokan, bisa dilihat pada video di bawah ini:


Video di atas menggambarkan suasana mencekam saat terjadi tragedi air bah 1953 yang menewaskan 1836 orang di Belanda.

Malapetaka itu begitu mengerikan. Pengunjung merasa seolah dirinya adalah penghuni rumah yang sedang dihantam air bah itu.

Menakutkan, saya merasa terperangkap di dalam bencana. Ruangan tepat saya berdiri ini tampak berhadapan dengan laut. Menara mercusuar terlihat dari balik jendela.

Cahaya mercusuar berputar-putar, berpendar ke segala arah. Cahayanya menyorot tingginya gelombang laut.

Suasana semakin mencekam ketika terdengar teriakan anak yang memanggil, "Mama!!!.... Mama!!!" Ada suara-suara orang-orang yang panik. Ada bunyi sirene meraung-raung.

Suara gemuruh badai kencang, hujan lebat, orang-orang saling teriak memanggil-manggil, di kejauhan terlihat ombak laut bergulung-gulung... sangat mengerikan!

Pukul 02.00 menjelang subuh, penduduk mendapati air mulai memasuki rumah. Air sudah melewati tanggul. Rumah di Belanda umumnya berlantai dua atau berlantai tiga. Saat air mulai menggenangi lantai bawah, mereka pindah ke loteng. Dengan harapan, mungkin air akan segera menyurut.

Pukul 03.00 subuh, alih-alih menyurut, datang hempasan yang lebih keras dari sebelumnya. Tanggul pertahanan air pun sama sekali jebol. Sapuan ombak laut yang tinggi dengan bebas merangsek sampai ke kediaman penduduk.

Menjelang dini hari, 1 Februari, luapan badai tak tertahankan. Tirai jendela beterbangan oleh hantaman badai begitu kerasnya, hingga menghempas pintu dan jendela.

Braaaak....!!! Bukan hanya pintu dan jendela, tembok rumah pun jebol diterjang oleh hempasan air laut. Begitu dahsyatnya badai dan hempasan gelombang yang datang dari laut itu. Daerah polder meluap. 

Anak-anak berteriak panik memanggil-manggil orangtuanya. Orangtua panik berusaha menyelamatkan anaknya. Teriakan minta tolong terdengar dari segala penjuru.

Inilah awal tragedi maut, bencana air bah bersejarah yang memakan korban ribuan jiwa di provinsi Zeeland di Belanda pada tahun 1953.

Ternyata bencana yang terjadi pada tengah malam itu masih belum selesai. Esok harinya, hari Minggu siang 1 Februari 1953, kembali warga dihantam oleh gelombang yang kedua, yang lebih parah dari gelombang yang pertama.

Bencana Februari 1953

Bencana banjir besar yang terjadi pada malam 31 Januari dan 1 Februari 1953 ini di Belanda biasa disebut juga Bencana Februari. 

Ini merupakan bencana alam terbesar di Belanda pada abad ke-20. Bencana ini menjadi sangat historis, kisahnya dituangkan ke dalam film berjudul "De Storm" (2009).

Foto: Adegan film
Foto: Adegan film
Bencana maut tahun 1953 tersebut disebabkan oleh kombinasi antara gelombang badai yang parah dan pasang surut air laut, yang menyebabkan air di Laut Utara bagian selatan yang berbentuk corong naik ke ketinggian yang ekstrem.

Gelombang badai dan amukan air laut menjebol tanggul-tanggul di lebih dari 150 tempat di Zeeland, Zuid Holland dan Noord Brabant. 

Tanggul-tanggul itu tidak mampu menampung jumlah air, dan hal ini sudah diprediksi sebelumnya oleh para ahli. 

Sebelum perbaikan tanggul dilakukan, bencana ini sudah keburu datang. Tak pelak, jebolnya tanggul-tanggul ini menimbulkan bencana besar.

Banyak rumah yang roboh atau hanyut terbawa arus. Bencana air bah tahun 1953 ini melanda provinsi Zeeland, sebagian provinsi Zuid Holland dan sebagian provinsi Noord-Brabant.

Bukan hanya Belanda, dalam waktu yang sama bencana ini juga terjadi di Belgia, Inggris dan Jerman di wilayah barat laut.

Provinsi Zeeland Belanda merupakan wilayah terparah akibat hantaman bencana ini. Juga sebagian provinsi Zuid Holland dan sebagian provinsi Noord-Brabant. Banyak rumah yang roboh atau hanyut terbawa arus.

Sebanyak 1.836 orang tewas, lebih dari 200.000 ternak mati, lebih dari 200.000 hektar lahan pertanian terendam banjir. Sebanyak 4300 rumah hancur dan 43.000 bangunan rusak. 

Beberapa desa lenyap tersapu air bah. Total kerugian yang ditimbulkan akibat bencana ini, sekitar 1, 5 milyar gulden (setara dengan 5,4 milyar euro).

Foto: Bencana banjir 1953 di provinsi Zeeland di Belanda (Sumber: Wikipedia)
Foto: Bencana banjir 1953 di provinsi Zeeland di Belanda (Sumber: Wikipedia)

Tragedi Air Bah 1953, Belanda Kecolongan?

Keadaan geografis negaranya membuat Belanda sangat sadar, setiap saat bisa diterjang banjir. Ini karena Belanda adalah negara yang 1/3 bagian wilayahnya terletak 6 meter di bawah permukaan air laut. Lebih dari 60% wilayah Belanda adalah rawan banjir.

Belanda memang dituntut oleh keadaan alamnya untuk mampu mengelola pengendalian air. Tanpa kemampuan ini, maka 65% wilayah Belanda akan tergenang air. Ini membuat Belanda dari abad ke abad menjadi bangsa yang inovatif dalam penanganan banjir.

Pada abad pertengahan, ketika belum ada teknologi modern, Belanda mengatasi banjir dengan menggunakan kincir polder. Kincir ini berputar untuk memindahkan air di daerah polder agar menjadi kering.

Sebetulnya berabad-abad lalu, banyak kincir di negara-negara lain di Eropa, bahkan ada yang lebih banyak dari Belanda. Tapi kemudian kincir menjadi ikon Belanda. Karena Belanda satu-satunya negara yang dapat memanfaatkan kincir untuk mencegah banjir. Keistimewaan ini membuat kincir menjadi terkenal di tangan Belanda, dan akhirnya menjadi ikon Belanda.

Bukan hanya penggunaan kincir polder untuk mencegah banjir. Misalnya pada abad pertengahan Belanda sudah berinovasi membangun sistem tanggul, bendungan, pintu air.

Dengan pengalamannya selama berabad-abad mengatasi ancaman banjir, mengapa Belanda bisa kecolongan dengan terjadinya tragedi air bah 1953?

Foto: Bencana banjir 1953 di provinsi Zeeland di Belanda (Sumber: IsGeschiedenis)
Foto: Bencana banjir 1953 di provinsi Zeeland di Belanda (Sumber: IsGeschiedenis)
Sebetulnya sejak tahun 1920-an, para ahli sudah memprediksi bahwa bencana banjir besar akan menimpa provinsi Zeeland. 

Prediksi ini berdasarkan penelitian bahwa tanggul di provinsi Zeeland terlalu rendah, dan tidak cukup kuat untuk menahan banjir. Sehingga dibuatlah rencana baru untuk membuat pertahanan tanggul yang lebih baik.

Tetapi ketika rencana perbaikan tanggul akan dilakukan, Perang Dunia meletus. Setelah perang, tidak ada cukup biaya untuk melaksanakan proyek itu. 

Prioritas diberikan kepada perbaikan akibat kerusakan yang terjadi pasca perang. Sementara memberi fokus pada perbaikan pasca perang, terjadilah tragedi air bah 1953 itu.

Belanda, Pusat Percontohan Dunia untuk Pengendalian Banjir

Tragedi banjir tahun 1953 tersebut itu tersebut mendorong Belanda untuk membangun proyek pengembangan sistem pertahanan pantai yang jauh lebih baik dengan penghalang gelombang badai yang berat.

Proyek pengendalian banjir ini bernama Delta Works (bahasa Belanda: Deltawerken), disebut sebagai inovasi pengendalian banjir yang terbaik di dunia. Pengerjaannya berlangsung dari tahun 1954-1997.

Cara yang digunakan untuk membendung air laut adalah dengan menenggelamkan pilar-pilar raksasa dari besi beton yang ditanamkan ke dalam laut. 

Beton-beton ini diinspeksi setiap 4 tahun sekali. Konstruksi pertahanan banjir ini diperhitungkan bisa bertahan hingga 200 tahun.

Foto: Delta Works, sistem pertahanan banjir di provinsi Zeeland, Belanda (dokumen pribadi).
Foto: Delta Works, sistem pertahanan banjir di provinsi Zeeland, Belanda (dokumen pribadi).
Sampai saat ini memang Belanda terkenal di dunia sebagai pusat percontohan untuk mengatasi banjir. Proyek Delta Works ini disebut sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia modern oleh American Society Engineers.

Pemerintah Belanda juga membangun pusat informasi sebagai sarana edukasi terkait penanganan banjir, yang terbuka untuk umum. 

Hal ini bisa dilihat dengan mengunjungi tempat yang bernama Neeltje Jans di Belanda. Di Neeltje Jans, pengunjung bisa melihat bagaimana cara proyek Delta Works bekerja mengatasi banjir.

Neeltje Jans adalah pulau buatan, berfungsi sebagai taman informasi dan taman hiburan yang terletak di provinsi Zeeland. Di lokasi ini pernah terjadi tragedi air bah yang memakan ribuan korban jiwa.

Sebagai taman informasi Neeltje Jans menyediakan museum dengan fasilitas aneka informasi audio visual tentang bagaimana proyek Delta Works bekerja untuk mengantisipasi banjir. Juga ada pameran teknologi untuk mengantisipasi banjir. Pameran ini disertai penjelasan dan data ilmiah tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan banjir dan cara mengatasinya.

Museum ini memamerkan beraneka ragam yang berhubungan dengan bencana banjir 1953 dan proyek Delta Works. Misalnya pameran foto, film, dan aneka benda yang tersisa dari tragedi ini.

Foto: Taman Neeltje Jans, taman informasi dan taman hiburan di provinsi Zeeland, Belanda (dokumen pribadi)
Foto: Taman Neeltje Jans, taman informasi dan taman hiburan di provinsi Zeeland, Belanda (dokumen pribadi)
Bukan hanya taman informasi, sebagai taman hiburan, Neeltje Jans menyediakan sarana seperti waterpark, atraksi anjing laut, aquarium raksasa dengan aneka jenis ikan, cafe dan restoran. Pengunjung juga bisa naik kapal mengelilingi pulau. Dengan membayar karcis masuk, pengunjung bisa menikmati semua fasilitas yang ada.

Perubahan Iklim 

Baru-baru ini (14/7), bencana banjir bandang melanda provinsi Limburg di Belanda. Di Belanda, banjir bandang ini tak memakan korban jiwa. Pemerintah dengan cepat mengevakuasi penduduk, begitu ada peringatan dini dari badan meteorologi.

Setelah hidup berabad-abad dengan ancaman banjir yang setiap saat mengintai, membuat Belanda kian terlatih menghadapi bencana banjir.

Pertanyaannya, Belanda yang terkenal di dunia dengan water management dan Delta Works, mengapa masih bisa dilanda banjir lagi?

Sebetulnya inovasi sistem pengendalian banjir di Belanda terus-menerus dilakukan. Setelah Delta Works, Belanda berinovasi mengendalikan banjir dengan sistem yang dinamakan Room for the River.

Kebijakan Room for the River ini dibuat untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air sungai juga semakin naik. 

Pendekatan dari kebijakan ini tidak hanya memperkuat tanggul, tapi juga memberi ruang kepada sungai. Misalnya, dengan membuat sungai lebih lebar, juga dengan menggali saluran sekunder agar dapat menampung banjir.

Mengomentari bencana banjir bandang di Belanda pertengahan Juli ini, menurut Sabrina Helmyr, direktur komersial air di perusahaan teknik Arcadis, dilansir dari NOS, "Ini adalah hujan yang sangat tidak biasa. Jika kita melihat berapa lama curah hujan itu turun, itu adalah situasi yang kita hadapi secara statistik setiap 100 tahun sekali."

Foto: Banjir bandang di provinsi Limburg Belanda, Juli 2021 (Sumber: Remko de Waal/ANP)
Foto: Banjir bandang di provinsi Limburg Belanda, Juli 2021 (Sumber: Remko de Waal/ANP)
Saat ini isu yang melanda dunia adalah isu perubahan iklim dan efek pemanasan global. Kedua isu ini turut mempengaruhi naiknya permukaan air laut dan curah hujan yang ekstrem,yang semakin sering terjadi. Ini disebut oleh para ahli sebagai salah satu penyebab banjir bandang yang melanda Eropa baru-baru ini.

Meskipun curah hujan ekstrem bukan akibat langsung dari perubahan iklim, namun perubahan iklim membuat jenis cuaca ekstrem ini menjadi lebih sering terjadi, menurut ahli meteorologi.

Yang jelas, Belanda selalu sangat serius dan terus berinovasi untuk menangani banjir. Saat ini para ahli sedang mensimulasikan bencana banjir yang melanda Belanda baru-baru ini. Antara lain berapa banyak air yang masuk ke sistem pembuangan limbah, bagaimana air itu menyebar ke jalan-jalan. Dari simulasi ini, bisa ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya. ***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun