Representasi otentik dalam membangun personal branding adalah menjadi diri sendiri. Dengan menjadi diri sendiri, bahkan Anda seharusnya tidak mengkreasi personal branding. Karena dengan menjadi diri sendiri, maka personal branding itu sudah ada dengan sendirinya.
Hal di atas ditekankan oleh Eitan Chitayat, brand builder, CEO, founder dan creative director dari The International Natie Branding Agency:
"Apapun yang Anda sajikan, pastikan itu adalah diri Anda yang sebenarnya."
Setiap orang adalah pribadi yang unik. Setiap orang punya keotentikannya masing-masing. Ini digambarkan dengan tepat oleh Oscar Wilde, dramawan, novelis, penyair asal Irlandia, "Jadilah dirimu sendiri, karena  kepribadian orang lain sudah ada pemiliknya."
Tidak perlu meniru kepribadian orang lain, kepribadian sendiri bisa menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai personal branding dalam bermedia sosial.
Jika Anda bukan seorang yang humoris, jangan memaksakan melucu ketika mempresentasikan sesuatu di media sosial. Sampaikan sesuatu sesuai dengan kepribadian Anda sebenarnya. Inilah yang dimaksud dengan "jadilah diri sendiri" di media sosial.
Selanjutnya dikatakan oleh Eitan Chitayat:Â
"Personal brand membutuhkan representasi otentik tentang siapa Anda sesungguhnya, bukan peran yang Anda mainkan. Tidak dibuat-buat. Anda harus membangun personal branding berdasarkan siapa Anda yang sebenarnya."
"Menjadi Diri Sendiri" di Medsos Berdampak Merugikan?Â
Pilihan menjadi diri sendiri di media sosial dalam membangun personal branding kadang menimbulkan salah kaprah, dipandang sebagai bukan pilihan bijak.Â
Menjadi diri sendiri di media sosial, ada yang mengartikan sebagai ceroboh, tidak pandai menjaga privacy, segalanya dijadikan objek "share".