Mohon tunggu...
Memories
Memories Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Mengagumi perjalanan hidup seseorang memberikanku banyak inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Cangkir, Kopi, dan Rindu

30 April 2020   23:38 Diperbarui: 1 Mei 2020   00:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada cangkir yang menengadah merangkai pinta di sebelah lelapnya kartika, 

Tertuang kata demi kata yang tak pernah bisa diucapkan kopi pada pahitnya.

Mengecap seteguk asa dari bibir yang tak pernah mau terasingkan barang sekerdipnya surya.

Setia pada penyair-penyair yang tak mau melewatkan sepengal langkah pendulum mengayunkan masa,

Menampung pekatnya kepulan-kepulan kabut hangat ingatan tentang seruas tulang rusuk yang hilang.

Kadang mematung tak berguna saat sang tuan lupa pada buliran rindu yang menyisa disudut mata.

Pada cangkir, yang menghadirkan renungan kopi dan pahitnya rindu. 

Menjamu bayangmu yang hanya bertamu di ruang sunyi imajinasi.

Enggan melepaskan gambaran tentangmu saat kelopak senja menyelimuti binaran,

Lalu bagaimana bisa kopi memaksa kuas hasrat menari hingga tercipta sebentuk ingin yang tak mungkin,

Pada cangkir, akan selalu ku ramu rinduku pada pahitnya kopi-kopi teman berkhayalku,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun