Menyusuri perjalanan panjang dimusim kemarau yang hangatnya mampu memudarkan sehatnya akal sedikit demi sedikit.
Menampakkan gelombang air didepan mata yang tak pernah tergapai meski hanya di angan-angan.
Menapakkan langkah beriringan dengan gumam hati yang terus menjerit-jerit.
Megeja nama dalam setiap apa yang kupinta kepada semesta.
Mungkin akal sehatku telah hilang bersama akan datangnya hujan, atau mungkin lebih jauh saat kemarau lah yang bertandang.
Aku tak ingat lagi kapan aku mulai mengisi setiap detik ingatanku dengan namanya, aku bahkan tak ingat lagi berapa ribu kali aku mencoba melupakannya.Â
Rasaku adalah hadiah dari semesta, agar aku selalu memujaNya.
Bahkan setiap bait kata yang pernah aku torehkan selalu tentangnya.
Akalku mungkin telah lumpuh oleh rasa, rasa yang semu namun kenapa sepenuh hatiku mempercayainya.
Hei, ini gila!, Bahkan 365 hari yang berulang-ulang pun tidak pernah aku lalui tanpa mengingatnya.