Meningkatkan Literasi Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran PBL
Wakhid Nurhadi, S.Pd
Guru PPKn SMP Muhammadiyah Suruh
Literasi Sekolah bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Gerakan ini ditumbuhkan karena sesuai hasil penelitian survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assesment (PISA), dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2019 (kemendagri.go.id, 23/3/2021), Indonesia menempati posisi 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara. SMP Muhammadiyah Suruh sebagai salah satu lembaga pendidikan di kabupaten Semarang menerapkan Gerakan Literasi Sekolah yaitu menerapkan budaya baca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Setiap peserta didik diharapkan memiliki minimal 1 buku non mata pelajaran.
Literasi baca ini memberikan dampak positif bagi peserta didik, karena selain mereka membiasakan diri membaca, juga melatih peserta didik dalam berkomunikasi secara baik, sopan dan tertata. Dan otomatis hal tersebut berdampak pada mindset atau pola pikir peserta didik. Gerakan literasi ini akan semakin menumbuhkan budaya membaca dan menulis di kalangan peserta didik. Sebagian guru dalam masih menggunakan model pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran ceramah cenderung bersifat satu arah dan berpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan, serta kurang melibatkan peserta didik dalam belajar mengajar, peserta didik hanya mendengar, mencatat, menghafal, dan kemungkinan sulit mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran yang demikian dapat menimbulkan rasa jenuh bagi peserta didik sehingga tidak maksimal untuk menyerap materi pembelajaran yang sedang berlangsung.
Banyak pendekatan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan literasi peserta didik. Salah satu yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning diterapkan di SMP Muhammadiyah Suruh pada mata pelajaran PPKn. Model Problem Based Learning merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik dibuat lima kelompok kecil kemudian dipandu oleh guru agar dapat mempresentasikan hasil yang sudah dibuat.
Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning: menciptakan suasana aktif dan percaya diri, materi yang disampaikan lebih menarik, meningkatkan hasil belajar, munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh peserta didik. Selain itu kerja sama antar peserta didik terwujud dengan dinamis.
Langkah-langkah pembelajaran PPKn melalui model Problem Based Learning sebagai berikut: Pertama guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok, kelompok tersebut dipandu guru untuk membaca materi 15 menit dan setelahnya melihat video pembelajaran, Guru memberikan penjelasan terkait materi tersebut kemudian peserta didik mencatat dari penjelasan yang dianggap penting serta mendiskusikan dengan kelompoknya menggunakan referensi buku serta internet melalui HP, masing – masing kelompok dipandu oleh guru mempresentasikan hasil dari kerja diskusi bersama kelompoknya didepan kelas, kemudian kelompok lain memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah dipresentasikan. Terakhir mengambil kesimpulan bersama dengan dipandu guru.
Pelaksanaan pembelajaran PPKn menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik lebih antusias dalam literasi, dan berani dalam mempresentasikan di depan kelas  sehingga materi yang dipelajari lebih mudah dipahami serta literasi sebelum pembelajaran terlaksana. Dengan demikian, model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menningkatkan literasi peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H