Wartawan senior Farid Gaban memastikan bahwa kasus terorisme yang terjadi hampir 10 tahun belakangan ini hanyalah rekayasa Polisi belaka.
“Motif terorisme tidak pernah jelas, dan berlangsung 10 tahun lebih sekarang, mungkin sudah saatnya kita bilang itu rekayasa,” kata Farid dalam akun twitter-nya, @fgaban, (24/9/2012).
Di negeri yang waras, lanjut Farid, polisi tak akan bilang negerinya sarang teroris karena menunjukkan inkompetensi dan discourage investasi. “Tapi di Indonesia lain,” tegasnya.
Mantan wartawan harian Republika dan majalah Tempo ini juga mempertanyakan kinerja wartawan yang kurang verifikatif dalam memberitakan kasus tersebut.
“Apa yang dilakukan dan dikatakan Densus 88 itu bukan fakta, tapi klaim. Wartawan tidak bisa menyebut Noordin Top teroris sepanjang dia tak melakukan verifikasi tuduhan itu,” katanya.
Farid menilai, kalau wartawan sekadar menyampaikan fakta apa bedanya dengan tape-recorder? “Esensi jurnalisme itu verifikasi, menguji kebenaran. Kalau wartawan tidak melakukan verifikasi ya salah wartawannya,” tuturnya.
Pria yang pernah meliput perang Bosnia ini berpesan agar para wartawan tak hanya sekedar memberitakan fakta, tapi juga mengkritisi dan memverifikasi kemungkinan adanya abuse of power. (wak)
*) saat ini akun Twitter Farid Gaban, @fgaban, nonaktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H