Mohon tunggu...
Rahmah Rahmudin
Rahmah Rahmudin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

semua akan baik-baik saja...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekian Pertama di Tempat Pengabdian

30 Mei 2013   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat hari rabu tanggal 6 maret 2013, keberangkatan kami menuju rumah baru dan hidup bersama keluarga baru selama waktu yang ditentukan oleh keluarga besar Universitas Tadulako, hari pertama yang melandaku penuh tanya dan kebingungan tentang keberadaansesaat sampai dirumah tujuanku berada. Hari ini benar penuh cobaan. Belum tiba di Bumi Kaktus, air deras mengguyur bumi basahi baju para pejuang itu, mereka yang lalu lalang berlarian menghindar dan berteduh ditempat yang menjadi pilihan para pejalan dan rumah-rumah yang jadi saksi bisu keberangkatan kami.Saat berada dalam bus nomor IV perjalanan jurusan desa Tinombo sampai Tibu, ku berdialok lagi dengan hatikubagaimana? Apa yang harus saya lakukan dengan kawan pria? Seperti apa keadaanku tanpa kawan wanita? Jenuh hati ini bertanya dan sesekali air itu membasahi pipi kusamku setelah seharian diguyur hujan yang tak kunjung henti.

Wajah yang butuh setrika ini ingin sekali menggerutu di depan wajah penguasa barharap diberikan kesempatan mempertahankan diri meminta kawan sesama satu posko. Tiada dayaku saat mengemis minta diperhatikan oleh mereka selama tiga hari, hati tergantung ingin dipahami, namun lagi-lagi jawaban ketergantungan yang kudapati.

Tak terasa celoteh dan pertengkaran hati membingungkanku, mobil body gedde ini berhenti di desa dongkas minta didinginkan setelah perjalanan kurang lebih 150 km menampung 25 orang mahasiswa. Y mobil ini berhenti, para penumpang dipersilahkan turun dan menikmati bekal bawaan masing-masing. Penat juga setelah duduk lama.

Usai melahap hidangan seadanya, kembali lagi duduk dipojokan depan supir menikmati pemandangan indah pantai timur yang selama perjalanan diliputi kabut dan dinginnya yang menusuk tulang membuat kami serasa di Seol (salah satu daerah dijepang yang bersalju), hui b gaya (kata orang palu)…xixixi…

Tak terasa Buss kembali berhenti tapat di Kantor Camat Tinombo. Waktunya menunggu penjemputan kediaman baru kawan. Desa Tibu, Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.

Ada hal baru yang kudapat di desaku bersemayam ini, bertemu dengan kepala desa Bapak Ismail. Dialeknya menunjukkan benar bahwa ia adalah bapak kepala desa yang penuh dengan karisma. Kira-kira sosoknya tidak beda jauh dari umur kakek dirumah. Selama berbincang dengannya beban pikiran sedikit hilang, ketika berhenti sejenak ku ingat lagi bagaimana dengan kesendirianku tanpa kawan wanita. Tiba-tiba saja wajahku kembali basah.

Teman-teman, bapak Ismail, dan istrinya terdiam melihatku menangis sampai tiba saatnya waktu tidurpun masih menangis. Sayangnya bapak dan teman-teman masih setia menemaniku sampai saat aku lelah menangis dan tertidur tanpa memperhatikan orang-orang sekelilingku yang pada malam itu sangat memperhatikanku.

Berbagai hiburan dan perhatian ditunjukkan oleh teman kelompokku, hal itu tidak membuatku sedikitpun terhibur, tak sedikit dari perhatian teman-teman kuabaikan. Setelah beberapa hari kulewati bersama teman pria seposko, aku mulai menyadari ada hal positif didalamnya, setelah ku jalani indah nyatanya. Kesan minggu pertama adalah kenangan terindah yang pernah kulalui, ada pesan dari seseorang “dinda jalani dulu, saya mengerti perasaan dinda. Inilah saatnya menjadi rahmah baru, rahmah yang berdiri sendiri tanpa orang yang dinda kenal, YAKUSA dinda”. Dosen pembimbing dan teman-teman yang tak jauh beda kata-katanya untuk mempertahankan biar aku tetap berada disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun