Mohon tunggu...
Wahyu Winoto
Wahyu Winoto Mohon Tunggu... profesional -

Trader forex dan saham, bloger, dan facebooker :-)\r\n\r\n\r\nKunjungi blog saya di http://www.wahyu-winoto.com atau http://www.sewarobotforex.com \r\n

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Durian Gajah, Halal Ataukah Haram ???

20 Juli 2010   07:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:44 5877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain Kopi Luwak, Bagaimanapula Status Durian Gajah Menurut MUI, Halal ataukah Haram

Akhir-akhir ini MUI sedang memperdebatkan hukum/fatwa tentang Kopi Luwak, sebagian memvonis halal dan sebagian lagi memvonis haram. Kopi luwak adalah kopi yang dihasilkan dari pengolahan biji kopi yang berasal dari kotoran luwak, seperti kita tau bahwa Luwak senang sekali makan biji kopi matang dan karena pencernaannya tidak mampu menghancurkan biji kopi makanya kopi tersebut akan keluar utuh bersama kotorannya. Fenomena makanan yang berasal dari kotoran hewan ternyata bukan hanya kopi Luwak saja, dikawasan sekitar hutan sumatera kita kenal adanya Durian Gajah, yaitu durian yang berasal dari kotoran Gajah. Apa dan bagaimana sebenarnya durian gajah itu, berikut wbw kasih sebuah narasi tentang pengalaman seorang rekan yang tau benar tentang Durian Gajah.. .................................................

FAKHRUDIN Halim, adalah sosok jurnalis di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Menulis tentang "Melahap Durian Mendam di Perut Gajah" Berikut Fakhrudin menarasikan: FAJAR baru menyingsing di pertengahan Juli 2000. Suasana belum terang tanah. Kabut membalut. Saya, Tedy dan Sudarman, menyibak jalan setapak melangkah diselimuti dingin pagi, selepas subuh di tapal desa kami; Beringin Datar, Pino Masat, Bengkulu Selatan. Tedy sepupu, sebaya saya. Sudar, begitu ia akrab disapa, tak lain Pak Cik - - dalam tradisi Bengkulu, sapaan untuk adik bapak atau ibu yang bungsu. Kami menuju ke kebun durian yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah kakek di kaki hutan. Kami membawa obor bambu berisi miyak tanah bersumbu sabut kelapa tua. Mendekati bibir kebun, aroma durian menjegal hidung. Pak Cik segera mencabut golok. "Kalian di belakang," bisiknya. “Siapa tahu ada harimau.” Penikmat durian bukan hanya manusia. Harimau dan gajah, juga fans berat, selain monyet macam Siamang. Paman maju ke depan. Saya dan Tedy menyusul di belakang. Kami melangkah pelan. Tiba di hamparan pepohonan durian berbatang berukuran drum minyak, bertebaran buah durian masak. Sejak malam buahnya berjatuhan - - di saat musim, buah matang bergedibam di malam hari. Tanpa membuang waktu, saya membuka sebuah. Duren yang saya pilih berkulit agak kehijau-hijauan sebesar kepala orang dewasa. Durinya tajam. Rasanya empuk, manis, sedikit pahit. Bijinya tak lebih besar dari jempol orang dewasa. Setelah puas, kami mulai mengumpulkan buah durian yang berserakan. Sejenak kemudian mata saya tertumbuk melihat bulatan laksana bola. Bola itu dibalut oleh dedaunan sejenis tebu dan tanaman merambat lain. Lilitannya rapi. Persis seperti bola terbuat dari daun. Ada pula sedikit kotoran bagaikan kotoran kerbau, hijau tua, berserat rumput. Melihat bola itu saya tertegun. Pak Cik mendekat. "Itu tahi gajah. Berarti semalam ada gajah ke sini." Daun di balutan bola itu berfungsi menutupi duri-duri duren. Sehingga ketika ditelan durinya tidak akan melukai mulut atau usus gajah. Saya masih penasaran. Bola itu sebesar kepala orang dewasa. "Buka saja, duren mendam di perut gajah enak rasanya," kata Pak Cik. Saya masih ragu. Ada perasaan jijik. Tanpa menunggu reaksi saya selanjutnya, segera saja Pak Cik mengambil parang yang terselip dipinggangya lalu mengayunkan kearah buntut durian. Durian masih utuh. Baunya wangi menyengat. Begitu dibelah, saya mengambil satu biji, rasanya empuk, lebih empuk dari yang pernah saya rasakan. Wanginya pun terasa lain dari duren biasa. Warnanya kuning gading gajah. Menurut Pak Cik, gajah jika akan memakan durran pasti memilih buah yang bagus. Gajah memiliki penciuman tajam akan buah yang matang. Caranya memilih dengan mencium, lalu memukul-mukulkan belalainya ke buah durian. Mengapa durian dalam perut tidak pecah? Inilah yang masih jadi pertanyaan saya. Tapi menurut ayah saya, pencernaan gajah tidak kuat mencerna kulit durian. Apalagi gajah tidak pernah mengunyah makanan yang dimakan. Gajah hanya menelan. Ukuran tubuh dan usus gajah memang jumbo. Durian bervolume makanan besar dikeluarkan dari perut dalam keadaan utuh. Kulit durian yang keras membuat usus gajah tidak mampu memprosesnya. Lah, buat apa gajah suka pula makan durian? Ternyata gajah tertarik karena aroma durian. Penciuman gajah tajam. Hal ini dapat kita ketahui, setiap musim durian datang, maka gajah-gajah biasanya akan turun gunung. Kadang dari gunung-gunung yang jauh dari Gugusan Bukit Barisan. Jadi gajah memang tertarik karena wanginya. Untuk orang yang pertama kali melihat durian yang keluar bersama kotoran gajah, bisa jadi merasa jijik, tapi begitu buah durian dibuka, amboi, siapa yang tahan. Kalau memang orang tersebut pencinta durian, maka dia akan mencium cita rasa berkualitas, lain dari biasa. Tapi sayangnya malam itu kami hanya menemukan sebuah durian mendam di perut gajah, alias durian tahi gajah. Akhir-akhir ini gajah populasinya sudah semakin berkurang. Apalagi banyak pemburu yang menginginkan gading gajah untuk dijual. Padahal era 1970-an ketika Pak Cik masih duduk di Sekolah Dasar, setiap pagi bisa membawa pulang 20 sampai 30 biji durian tahi gajah. Kebanyakan pembeli durian tahi gajah adalah mereka penikmat durian sejati Banyak juga orang-oarang perantauan Sumatera yang masa kecilnya sudah terbiasa menyantapnya. Sama halnya dengan kopi luwak. Itu kopi dari tahi musang. Wah di kampung saya juga terkenal. Bahkan di berbagai situs saya baca, kopi luwak yang sudah diolah menjadi bubuk kopi harganya selangit, bisa Rp1 juta 100 gram. Memang selain rasanya yang nikmat, kopi luwak juga menjadi lambang bagi pengopi kawakan. Pada 2006 lalu, ketika di Bengkulu, durian tahi gajah ditawarkan antara Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu/buah. Dan malam bersama Pak Cik itu, bukan hanya gajah yang menikmati durian. Saya juga menemukan duren bekas santapan harimau. Bagai, mana bentuknya? Buah duren itu terlihat masih utuh. Tapi begitu saya senggol dia akan pecah. Dan daging duren sudah habis, yang ada tinggal biji duren tanpa daging. Biji itu durian disusun rapi kembali oleh harimau. Harimau memakan durian sama persis seperti manusia. Tapi biji-bijinya kembali disusun seperti sedia kala. Lalu buah durian itu ditutup kembali. Bisa jadi karena faktor macan, gajah keburu pergi, sehingga kami hanya menemukan sebutir saja buah durian peraman perut gajah. Gajah keburu kabur kareana penikmat durian lainnya pun bermunculan. BEGITULAH Fakhrudin menuliskan.

.................................. Nah, dari cerita tersebut bukankah kita paham bahwa Durian Gajah juga sama status hukumnya dengan Kopi Luwak? Yaitu sama-sama makanan yang telah dimakan/dikonsumsi oleh Hewan kemudian keluar bersama Kotorannya. Oleh karena bagusnya kualitas buah/makanan tersebut maka Manusia lalu mengambil dan mengkonsumsinya. Apakah Durian Gajah juga akan disinggung oleh MUI terkait dengan status Halal atau Haram-nya jika dikonsumsi oleh manusia-muslim? Kita tunggu saja.... ***** (Buat yang sama-sama suka nge-blog, silahkan mampir ke blog-q www.wahyu-winoto.com dan dukung saya dalam kontes blog "IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia" dan "Javahostindo Web Hosting Indonesia", serta "Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World". *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun