Sepisau Mata Mimpimu
Oleh: Wahyu Wiji Astuti
Kularut beribu sepi pada arus airmatamu
Sepisau mata mimpimu telah punah, aku tak kan cegah kau melangkah
Mundur atau maju adalah sebuah jalan, pun diam, yang kau sebut pilihan
Dulu!
Maaf, kupenjara engkau dalam tunggu yang tak berpintu
Maaf, kurantai langkahmu agar tak pergi
Maaf, kukerangkeng harapanmu agar tak mati
Aku hanya ingin kau ada meski sebatas rindu yang tak berpenghuni
Biarlah kita jaga malam-malam dari mimpi tentang masa depan yang belum tiba agar tak meracuni hati yang perlu ditata
Kelak kuharap kau sadar, pada bola matamu yang selalu binar, aku kan selalu ada.
Di bahumu yang kekar, candaan kita tetap berkelakar
Tapi itu bukanlah seperti mimpi-mimpi yang kau ranumkan, melainkan masa yang seharusnya kita jadikan pahlawan perang
Maaf sayang, berkali-kali rasa itu tiba dan selalu kubunuh dengan logika
Semoga kau paham, ada yang tak bisa aku katakan
Maka biarlah kau rasakan apa yang aku lakukan, tentang pengorbanan dan kerelaan
Sebab bagiku kebahagiaanmu adalah kebahagiaan
Lantas apalagi, kalau semua telah kuberikan?
Masih perlukah satu kata itu kuucapkan? Kata yang kau tunggu setengah abad berlalu. Kata yang bagiku hanya dongeng masa lalu.
Jika kau perlu kata itu maka akan kutasbihkan padamu, sekarang juga! Sekarang.
Namun jangan pernah mengikatku serupa burung di sangkar neraka
Dan hanya kata. Sekali lagi hanya kata yang tak perlu kuhadiahi rasa. Maukah?
Pilihlah!
Serambi KOMPAK,
Lubukpakam, September 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H